Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nelayan dalam Kungkungan Juragan Ikan

Nelayan dalam Kungkungan Juragan Ikan Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warta Ekonomi, Koba -

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir rupanya belum mampu memutuskan mata rantai praktik juragan ikan yang "mengungkung" nelayan untuk bisa bangkit dan sejahtera.

Satu sisi pemerintah berupaya menjalankan sejumlah program strategis di sektor perikanan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun di sisi lain para penghadang laut dan ombak itu masih berada dalam kungkungan juragan ikan. Kecenderungan itu kerap terlihat dan dialami sejumlah nelayan di Kabupaten Bangka Tengah, di antaranya Desa Kurau, Koba, Sungaiselan dan beberapa nelayan di kecamatan lainnya yang rata-rata "terpasung" oleh praktik penjualan dan pembelian ikan para juragan yang sama sekali tidak menguntungkan para nelayan.

Seperti yang dialami Wan (40), seorang nelayan di daerah itu. Ia mengaku "terpaksa" menjual ikan kepada juragan tertentu dengan harga ditekan karena terlanjur menerima uang pinjaman untuk modal selama melaut. Sejumlah uang yang telanjur dipinjam memaksa nelayan itu menjual ikan kepada juragan dan tidak berani menjual kepada yang lain kendati harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dijual kepada juragan karena sudah meminjam uang.

Wan yang hanya nelayan tradisional dengan menggunakan perahu kecil dan alat tangkap sederhana itu, tentu hasil tangkapannya lebih sedikit dibandingkan dengan nelayan PT atau nelayan yang menggunakan bagan. Nasibnya bagaikan jatuh tertimpa tangga pula, sudah hasil tangkapan sedikit harganya juga jauh dari apa yang diharapkan karena ditentukan juragan, bukan sesuai dengan harga pasar.

Namun demikian, dirinya mengaku sudah terbiasa dan itu berlangsung cukup lama di mana roda perekonomiannya ditentukan oleh juragan ikan, bukan daya dan upaya kerasnya menghadang laut dan menantang ombak untuk mencari ikan. Ironisnya lagi, si juragan sudah menunggu di dermaga ikan sebelum perahunya merapat dan langsung menimbang ikan di dalam perahu seolah nelayan tidak diberi kesempatan untuk bisa membawa hasil tangkapan naik ke daratan.

Nelayan dihadapkan pada persoalan yang pelik dan rumit. Mereka sadar dan paham bahwa juragan membeli ikan segar dengan harga yang rendah agar mendapatkan untung besar karena bisa dijual dengan harga tinggi. Namun mereka juga sadar bahwa tanpa juragan tidak bisa menjalankan perahunya karena tidak ada modal melaut yang mencapai ratusan ribu rupiah.

Terkadang, hasil tangkapan nelayan tidak mampu menutupi utang dan kembali berutang (gali lubang tutup lubang). Utang tidak kunjung lunas dan nelayan tetap saja dalam cengkeraman juragan ikan.

Kondisi yang sama juga dialami Man, nelayan yang lainnya yang menggunakan "jasa juragan" untuk bisa menangkap ikan di laut karena diberi sokongan modal, baik untuk membeli bahan bakar, rangsum, dan bahkan hingga pinjaman uang untuk memperbaiki alat tangkap yang sudah rusak. Ia mengaku tidak jarang pulang dengan penghasilan pas-pasan saja karena hasil tangkapan sedikit dan ikan miliknya juga dibeli sesuai dengan selera juragan.

"Serba susah pak, kadang saya beberapa hari tidak bisa melaut karena gelombang tinggi dan alat tangkap yang rusak. Selama tidak melaut, meminjam uang kepada juragan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan kompensasi ikan dijual kepadanya," katanya.

Peran Pemerintah

Lantas, di mana peran pemerintah dalam melepaskan nelayan dari jeratan juragan ini. Pemerintah daerah bukan tidak berupaya. Sejumlah program sudah dijalankan untuk menangkal hal demikian namun masih saja nelayan dipasung para juragan.

Bupati Bangka Tengah Ibnu Saleh baru-baru ini mengaku banyak sekali menerima keluhan para nelayan dan pihaknya secara perlahan terus berupaya mengeluarkan nelayan dari pusaran krisis ekonomi rumah tangga. Langkah awal dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah menjalankan program diversifikasi perikanan, yaitu megembangkan usaha industri rumah tangga yang bahan bakunya dari ikan.

Melalui upaya itu, nelayan tidak semata menggantungkan ekonomi mereka dari hasil tangkapan. Hal itu sudah dilakukan beberapa nelayan yang hasilnya lumayan bagus dan secara perlahan kesejahteraan mereka terangkat. Selain itu, kata mantan Sekretaris Daerah Pemkab Bangka Tengah itu, nelayan harus didorong membentuk kelompok nelayan untuk memudahkan pemerintah dalam menyalurkan bantuan secara tepat sasaran.

Hal itu juga untuk memudahkan dalam mengimplementasikan program kementerian terkait kartu nelayan dan asuransi para nelayan karena hal tersebut bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan. Langkah strategis selanjutnya, kata dia, pemerintah daerah berupaya meningkatkan produksi ikan dengan membuat rumpon ikan di sepanjang pantai dari Kurau hingga Koba.

Bahkan, Pemkab Bangka Tengah sudah mendengungkan program satu juta rumpon. Program tersebut tidak lain untuk memudahkan nelayan, terutama nelayan tradisional, mendapatkan ikan. Pemerintah daerah juga akan berupaya merealisasikan pembangunan tambatan perahu nelayan dan tempat pelelangan ikan karena hal itu selalu menjadi keluhan nelayan.

"Pada HUT nelayan bebarapa waktu lalu sudah kami sampaikan bahwa pemerintah daerah berkomitmen memenuhi keluhan nelayan yang menurut kami memang sangat perlu, tentu dilakukan secara bertahap," kata Ibnu.

Selain itu, kata Ketua Partai Nasdem Bangka Tengah tersebut, pemerintah daerah akan membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) untuk menjawab kesulitan nelayan dalam mendapatkan solar. Langkah lainnya, termasuk merealisasikan pembangunan pabrik es khusus untuk para nelayan dan pabrik pendingin ikan segar di Desa Kurau.

Peningkatan Kesejahteraan

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bangka Tengah Dedi Muchdiyat mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang fokus menjalankan program peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, yaitu nelayan. Pihaknya sudah melakukan beberapa terobosan untuk membuat keluarga nelayan bisa sejahtera, di antaranya mengembangkan industri hilir perikanan yaitu mengolah industri makanan yang bahan bakunya dari ikan.

Di Desa Kurau hal tersebut sudah mulai berjalan di mana Dinas Perikanan setempat memberdayakan kalangan ibu rumah tangga untuk lebih berpikir kreatif dengan menjalankan usaha industri rumah tangga yang bahan bakunya dari ikan. Pihaknya juga mendorong para nelayan tidak hanya terpaku mencari ikan di laut tetapi juga berupaya mengembangkan usaha perikanan budi daya di air tawar.

Program itu juga bagian dari diversifikasi pangan, di mana nelayan tidak hanya fokus satu pekerjaan yakni melaut saja tetapi juga ada usaha lain yang mampu menambah pemasukan keluarga. Dedi tidak menampik produksi ikan juga berpangaruh terhadap kesejahteraan nelayan. Oleh karena itu, pihaknya juga sudah mulai melakukan terobosan baru, yaitu membangun informasi zonasi daerah penangkapan ikan, untuk memudahkan para nelayan dalam menentukan titik koordinat potensial.

"Sistem informasi daerah potensial penangkapan ikan ini kami bangun untuk menentukan zonasi atau titik koordinat tempat berkumpulnya ikan sehingga para nelayan lebih mudah menuju titik yang kami tetapkan untuk bisa meningkatkan hasil tangkapan," kata Dedi.

Sistem informasi daerah potensial penangkapan ikan tersebut menggunakan teknologi indikator klorofil dan suhu yang tingkat akurasinya mencapai 95 persen sehingga para nelayan turun melaut tidak lagi berdasarkan pengalaman, tetapi bisa mengikuti petunjuk informasi yang sudah ditetapkan. Selama ini, para nelayan hanya berpedoman berdasarkan kebiasaan dan pengalaman, sehingga hasil tangkapan tidak banyak.

Dengan teknologi itu, sekarang nelayan tidak perlu lagi meraba-raba tentang lokasi tangkapan, tetapi langsung menuju titik koordinat penangkapan yang sudah ditetapkan. Sistem informasi daerah potensial penangkapan ikan itu akan dipasang di setiap pelabuhan, bandara, dan sejumlah tempat strategis lainnya yang memudahkan nelayan mendapatkan informasi sebelum turun melaut.

"Ini bagian dari inovasi dan indikator dari kami untuk meningkatkan produksi tangkap ikan laut dan kami optimistis tangkapan nelayan tahun ini jauh lebih meningkat dibanding sebelumnya," kata Dedi.

Pihaknya bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta membangun teknologi informasi tersebut, sedangkan implementasinya oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Bangka Tengah. Data Dinas Perikanan Kabupaten Bangka Tengah menyebutkan bahwa saat ini terdapat sekitar 4.277 nelayan tradisional di daerah itu, sedangkan target produksi ikan tangkap mencapai 127.750,09 ton hingga 2021.

Hingga Maret 2018, Dinas Perikanan setempat sudah menerbitkan 1.542 polis asuransi nelayan dan menargetkan semua nelayan sudah diasuransi hingga 2021.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: