Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bulan Puasa Mampu Tekan Inflasi?

Bulan Puasa Mampu Tekan Inflasi? Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Samarinda -

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Samarinda, Kalimantan Timur, KH Zaini Naim menyatakan bahwa puasa seharusnya mampu menekan inflasi, bukan sebaliknya yang justru memicu laju inflasi ketika masuk Ramadan.

"Hakikat puasa itu kan mengendalikan atau menahan hawa nafsu, termasuk hawa nafsu makan dan minum, jadi salah kalau waktu buka puasa justru makan dan minum berlebihan, sama saja itu puasanya gagal," ujarnya di Samarinda, Jumat (11/5/2018).

Hal itu dikatakan Zaini ketika diwawancarai setelah menghadiri sosialisasi pengendalian inflasi yang digelar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim. Acara ini melibatkan sejumlah ulama dan beberapa santri.

Ia bahkan mengatakan bahwa setelah buka puasa kemudian makan dan minum berlebihan merupakan hal yang haram, bukan lagi makruh karena sesuatu yang berlebihan adalah hal yang tidak disukai oleh Rasul.

Jika dalam kesehariannya sesorang makan sayur bening, maka saat Ramadhan juga seharusnya makan sayur bening, tidak justru di balik yang ketika bulan puasa malah makan yang enak-enak dan serba mahal sehingga hal ini yang menyebabkan inflasi naik saat Ramadhan.

"Saat Ramadhan, setan dibelenggu oleh Allah sehingga tidak punya kekuatan, maka yang kita kendalikan hanya nafsu. Untuk itu, nafsu makan kita jangan berlebihan karena jika tetap makan berlebihan, maka puasanya gagal, berarti kita tidak dapat apa-apa dari puasa," tuturnya.

Melalui sosialisasi yang digelar oleh BI Kaltim tersebut ia beharap semakin banyak santri yang paham bahwa pola mereka selama ini menyebabkan inflasi, kemudian para ustaz juga diminta lebih gencar dalam ceramahnya tentang pengendalian hidup konsumtif agar tidak berimbas pada inflasi tinggi.

Ia melanjutkan bahwa tingginya inflasi yang terjadi saat Ramadhan karena tingginya permintaan bahan kebutuhan pokok dari masyarakat, hal ini terjadi karena pola konsumsi yang berubah dari sederhana menjadi mewah atau mendekati mewah.

"Inilah tugas para ulama dan dai untuk memberi pemahaman kepada umat bahwa jangan berlebihan makan dan minum setelah buka puasa, karena jika pola ini tetap berjalan berarti puasanya sia-sia," tuturnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: