Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi Pemasaran: Loyalty vs Membership

Strategi Pemasaran: Loyalty vs Membership Kredit Foto: Yosi Winosa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Persaingan industri yang kian ketat menjadi tantangan tersendiri para pelaku industri ritel dalam meningkatkan penjualan. Bahkan, para pelaku usaha yang harus merogoh kocek yang besar guna mempertahankan sekaligus mengembangkan pelanggan mereka meski startegi ini belum tentu optimal. 

Saat ini, sebagian pelaku usaha ritel masih bergantung pada loyalitas pelanggan sementara sebagian lainnya mulai mengikat pelanggannya lewat program membership. Program loyalty saat ini mulai dipandang sebagai adagium lama seiring dengan hadirnya program membership. Dengan program membership, dimungkinkan adanya relasi one on one, engagement berbasis komunitas, serta akses dan privileges khusus.

Sebagai contoh, Tada, platform membership advocate engagement, menawarkan konsep pintar bagi para pelaku usaha dalam mengembangkan bisnis mereka dengan mengikutsertakan interaksi (costumer experience) sebagai mitra market.

Head of Product Tada, Rebecca Agietstha, menyatakan Tada tidak hanya sekadar membership platform, namun juga platform advokasi yang ingin mendukung berbagai bisnis di Indonesia, seperti restoran, salon atau apa pun yang berhubungan dengan ritel meningkatkan penjualan. 

"Kami percaya program advokasi (referensi pelanggan) itu menjadi marketing yang paling efektif untuk sebuah bisnis. Seperti restoran contohnya, kami memungkinkan costumer untuk bisa mereferensikan rekan-rekan mereka untuk makan di restoran tersebut," kata dia di Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Ditambahkan, saat ini, costumer sudah semakin pintar. Dengan sistem loyalty, costumer merasa mereka hanya menghabiskan uang mereka saja. Untuk itu, Tada mengajak para bussines owner membangun one on one relationship dengan membership sebagai profit center sehingga revenue terbangun dengan sendirinya.

Bicara advokasi, masyarakat Indonesia umumnya cukup fanatik dengan brand tertentu, contohnya supporter sepak bola yang tulus memdukung tim mereka tanpa bayaran. 

"Melalui Tada, kita ingin membangun hal tersebut, bagaimana caranya membuat pelanggan menjadi member kemudian member menjadi advokasi marketing," tambah dia.

Selain itu, Tada memungkinkan para pelanggan dapat memperoleh poin yang dapat digunakan untuk bertransaksi dengan membagikan referensi mereka ke dalam konten, baik video maupun artikel yang nantinya akan disebar di media sosial masing-masing.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: