Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Naik Dipicu Kekhawatiran Sanksi AS

Harga Minyak Naik Dipicu Kekhawatiran Sanksi AS Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, New York -

Harga minyak dunia menetap sedikit lebih kuat pada, Rabu (16/5/2018) pagi WIB, setelah mundur dari tertinggi multi-tahun yang tercapai di pagi hari, didukung oleh kekhawatiran bahwa sanksi AS terhadap Iran kemungkinan akan membatasi ekspor minyak mentah dari salah satu produsen terbesar di Tengah Timur itu.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli, menetap di 78,43 dolar AS per barel, naik 20 sen atau 0,3 persen di London ICE Futures Exchange, setelah mencapai tertinggi satu hari di 79,47 dolar AS per barel, meningkat 1,24 dolar AS dan merupakan yang tertinggi sejak November 2014.

Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, ditutup 35 sen atau 0,5 persen lebih tinggi pada 71,31 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, juga tidak jauh dari tertinggi satu hari di 71,92 dolar AS, tertinggi sejak November 2014.

Harga mundur kembali dalam perdagangan pasca-penyelesaian atau dalam perdagangan elektronik, setelah sebuah organisasi industri mengatakan stok minyak mentah AS meningkat secara tak terduga pekan lalu. Minyak mentah AS turun 6 sen menjadi 70,90 dolar AS per barel, sementara Brent turun 22 sen menjadi 78,01 dolar AS.

Kelompok perdagangan American Petroleum Institute mengatakan, stok minyak mentah AS naik hampir lima juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk penarikan 763.000 barel. Data resmi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) yang akan dirilis pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat.

Perbedaan antara dua acuan secara singkat melebar menjadi lebih dari delapan dolar AS per barel, kesenjangan terluas sejak April 2015, mencerminkan lonjakan dalam pasokan minyak mentah AS dan risiko geopolitik yang lebih besar untuk minyak mentah berbasis Brent.

"Harga minyak AS telah jatuh karena dolar yang kuat," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago. "Brent menetapkan harga dalam gagasan bahwa semua risiko terhadap persediaan di luar negeri - ada kekhawatiran bahwa semua pasokan yang ketat di Eropa hanya akan menjadi lebih ketat." Harga minyak dunia telah melonjak lebih dari 70 persen selama tahun lalu, karena permintaan meningkat tajam sementara produksi telah dibatasi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang dipimpin oleh Arab Saudi, dan produsen lain, termasuk Rusia.

Amerika Serikat telah mengumumkan akan memberlakukan sanksi terhadap Iran atas program nuklirnya, menimbulkan kekhawatiran bahwa pasar akan menghadapi kekurangan pasokan tahun ini ketika pembatasan perdagangan diberlakukan.

Iran akan memulai kembali pengayaan uraniumnya jika tidak dapat menemukan cara untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 dengan Uni Eropa, setelah Amerika Serikat menarik diri pekan lalu, kata juru bicara pemerintah Iran.

Pengetatan pasar telah menghilangkan semua kelebihan pasokan global yang menekan harga minyak antara akhir 2014 hingga awal 2017.

Lonjakan harga minyak dibatasi setelah Tiongkok melaporkan penjualan ritel dan investasi tetap yang lebih lemah dari perkiraan pada April dan penurunan penjualan rumah, mengaburkan prospek ekonominya sekalipun para pembuat kebijakan mencoba untuk menavigasi risiko-risiko utang dan meredakan perselisihan perdagangan panas dengan Amerika Serikat.

Data tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa operasional pengilangan yang mendekati rekor tertinggi, mungkin berumur pendek. Pengilangan Tiongkok yang beroperasi naik hampir 12 persen pada April dari setahun sebelumnya, menjadi sekitar 12,1 juta barel per hari, menandai tingkat tertinggi kedua dalam basis harian, data menunjukkan.

Selain itu, pasar mundur karena dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya ke tingkat tertinggi sejak Desember. Ketika dolar AS menguat, investor dapat mundur dari komoditas berdenominasi dolar seperti minyak.

Meskipun ada penurunan ini, pasar tetap mendapat dukungan dari pemotongan produksi OPEC dan produsen lainnya serta sanksi AS terhadap Iran.

Angka OPEC yang diterbitkan pada Senin (14/5) menunjukkan persediaan minyak di negara-negara industri OECD pada Maret turun menjadi 9,0 juta barel di atas rata-rata lima tahun, dari 340 juta barel di atas rata-rata pada Januari 2017.

Minyak mentah AS diperdagangkan dengan diskon besar terhadap Brent, penanda internasional, berkat kenaikan tajam dalam produksi AS menjadi 10,7 juta barel per hari, yang telah mempertahankan pasar minyak domestik Amerika mendapat banyak pasokan.

Produksi minyak serpih AS diperkirakan akan meningkat sekitar 145.000 barel per hari kea rekor 7,18 juta barel per hari pada Juni, Badan Informasi Energi AS mengatakan pada Senin (14/5).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: