Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Polisi Myanmar Bantah Berikan Dokumen Rahasia ke Jurnalis Reuters

Polisi Myanmar Bantah Berikan Dokumen Rahasia ke Jurnalis Reuters Kredit Foto: Reuters/Ann Wang
Warta Ekonomi, Yangon -

Seorang polisi Myanmar mengatakan kepada pengadilan pada hari Rabu (16/5/2018) bahwa dia bertemu dua wartawan Reuters pada malam penangkapan mereka pada bulan Desember, tetapi membantah memberi mereka dokumen-dokumen rahasia untuk memberatkan mereka.

Kesaksiannya bertentangan dengan saksi sebelumnya yang pekan lalu mengatakan polisi telah "menjebak" kedua wartawan tersebut.

“Selama pertemuan saya dengan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, saya tidak mengambil apa pun dari mereka dan saya tidak memberikan apa pun kepada mereka,” tutur Polisi Lance Kopral Naing Lin kepada Hakim Ye Lwin, yang mengawasi sidang di pengadilan di Yangon, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (17/5/2018).

“Saya pergi dan bertemu dengan Wa Lone karena dia menelepon saya dan meminta pertemuan. Saya tidak menelepon Wa Lone dan memintanya untuk datang menemui saya,” tutur Naing Lin, yang mengatakan dia bertemu wartawan Reuters saat makan malam dan tidak ditemani oleh polisi lain.

Seorang saksi sebelumnya, Kapten Polisi Moe Yan Naing, mengatakan kepada pengadilan bahwa seorang kepala polisi memerintahkan Naing Lin dan seorang polisi lain untuk memberikan dokumen "rahasia" kepada Wa Lone dalam sebuah operasi untuk menjebaknya.

Pengadilan di Yangon telah mengadakan sidang sejak Januari untuk memutuskan apakah Wa Lone (32), dan rekannya, Kyaw Soe Oo, (28), akan dituntut di bawah Undang-undang Rahasia Resmi era kolonial, yang membawa hukuman maksimal 14 tahun penjara, karena diduga mendapatkan dokumen rahasia.

Pada saat penangkapan mereka, para wartawan telah melakukan investigasi terhadap pembunuhan 10 pria dan anak laki-laki Muslim Rohingya di sebuah desa di negara bagian Rakhine, Myanmar barat. Pembunuhan itu terjadi selama penumpasan tentara yang dikatakan oleh badan-badan PBB yang mengirim hampir 700.000 orang yang melarikan diri ke Bangladesh.

 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: