Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meneropong Transformasi Digital Angkasa Pura II

Meneropong Transformasi Digital Angkasa Pura II Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Transformasi digital di tubuh Angkasa Pura II pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan dan mendorong efisiensi operasional. Tanpa sadar, transformasi digital tersebut menjelma jadi fondasi untuk membangun bisnis digital.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero), Muhammad Awaluddin, mengatakan, AP II memiliki cita-cita besar untuk menjadi the best smart connected airport in the region. Artinya, bandara-bandara yang dikelola AP II diharapkan menjadi bandara terbaik di kelasnya di kawasan Asia dan paling terhubung ke banyak rute, baik di dalam maupun luar negeri. AP II memanfaatkan perkembangan teknologi digital untuk mencapai cita-cita tersebut.

Upaya digitalisasi di AP II dirumuskan ke dalam sebuah program yang bernama Smart Airport. Awaluddin menjelaskan program digitalisasi bandara tersebut mencakup tiga komponen utama, yakni infrastruktur pintar (smart infrastructure), konten yang terhubung (connected content), dan komunitas bandara (airport community).

“Saya menyiapkan tiga hal saat melakukan digitalisasi di bandara, yaitu smart infrastructure, connected content, dan airport community,” katanya kepada Warta Ekonomi di Kantor Angkasa Pura II, Tangerang, pertengahan Maret lalu.

Pengembangan smart infrastructure bisa berupa hard infrastructure (seperti pembangunan fiber optik) maupun soft infrastructure (seperti pengembangan teknologi digital). Hal ini sejalan dengan pengembangan connected content yang menghubungkan berbagai komponen di bandara melalui pemanfaatan aplikasi dan internet of things (IoT). Pada akhirnya, pengembangan smart infrastructure dan connected content akan menghasilkan komunitas bandara, yang terdiri atas keanggotan internal dan eksternal.

Sebagai contoh, ketiga komponen tersebut terangkum dalam sebuah aplikasi bernama Indonesia Airports yang dirilis pada tahun 2017 lalu. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, AP II mengoneksikan berbagai macam komponen dan layanan di bandara, seperti informasi pengguna, pengaturan perjalanan, pengumuman penerbangan, navigasi di bandara, informasi bandara, pembayaran digital, survei dan umpan balik pengguna bandara, hiburan digital, e-commerce, dan check-in mobile.

Pengguna aplikasi tersebut bukan hanya pelanggan, namun juga pegawai bandara itu sendiri. AP II mencatat jumlah lalu lintas penumpang (traffic passenger) sebesar 105 juta per tahun pada 2017 lalu. Pada tahun ini, jumlah traffic passenger ditargetkan bisa mencapai angka 119 juta. Lantas, tercipta sebuah komunitas bandara dengan jumlah keanggotaan yang sangat besar. Di sisi lain, kehadiran aplikasi Indonesia Airports tidak hanya berdampak pada peningkatan pengalaman pelanggan (customer experience) dan efisiensi operasional (operational efficiency), tetapi juga menciptakan bisnis model baru (business enhancement).

“Yang lebih hebat lagi, aplikasi ini bisa digunakan untuk mengembangkan e-commerce. Artinya, ini menjadi new revenue stream,” paparnya.

Era Bisnis Digital

Transformasi digital yang dilakukan Angkasa Pura II mengantarkan perusahaan pelat merah tersebut ke dalam babak baru, yakni era bisnis digital. Saat ini tantangan AP II adalah mengelola dan memonetasi data digital yang mereka miliki menjadi sumber pendapatan baru bagi perseroan. 

“Sekarang kita punya 105 juta traffic passenger. Apakah selama ini sudah dimanfaatkan? Belum. Kita mulai sekarang dengan menganalisis consumer behaviour dan consumer spending. Dari sini, kita bisa mengembangkan banyak bisnis digital,” paparnya.

Pria yang pernah menjabat posisi Direktur Enterprise & Business Service di Telkom Indonesia ini menjelaskan AP II memiliki lima strategi dalam pengembangan bisnis digital, yakni airport big data, airport e-commerce, airport e-payment, airport e-advertising, dan airport community.

Pertama, airport big data berupaya untuk memonetasi big data yang dimiliki oleh perseroan. Kedua, airport e-commerce berupaya untuk memonetasi tenant-tenant yang berada di bandara-bandara kelolaan AP II. Tenant tersebut terdiri atas berbagai kategori, mulai dari kategori food and beverage, ritel, hingga duty free. Saat ini, AP II telah melakukan kolaborasi dengan beberapa pelaku e-commerce dan perusahaan startup untuk mengoptimalkan potensi airport e-commerce tersebut. Beberapa perusahaan yang sudah diajak berkolaborasi, antara lain Go-Jek dan Grab.

Ketiga, AP II tengah berupaya mentransformasi transaksi di bandara menjadi noncash transaction seperti e-money dan QR code. Saat ini, transaksi di bandara masih didominasi oleh transaksi tunai. Keempat, AP II akan memanfaatkan platform multiscreen untuk mendorong potensi airport e-advertising.

Advertising di bandara saat ini masih single screen, padahal kita bisa memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menghadirkan advertising di medium multiscreen,” ujarnya.

Kelima , AP II sedang mengoptimalkan potensi airport community lewat program Airport ID. Awaluddin mengatakan, akan mengonversi data membership dan komunitas berbasis maskapai menjadi berbasiskan airport.

AP II menargetkan lini bisnis digital tersebut memberi kontribusi sebesar 1% terhadap total pendapatan Perseroan pada tahun ini. Perlu diketahui, pada tahun 2018 AP II menargetkan pendapatan sebesar Rp9,4 triliun atau tumbuh 17,6% apabila dibandingkan dengan pendapatan tahun 2017 yang sebesar Rp8,2 triliun.

“Bayangkan, kontribusi sebesar 1% dari target pendapatan sebesar Rp9,4 triliun pada tahun ini. Ini jumlah yang cukup besar bagi lini bisnis baru,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: