Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemkab Bantul Ingin Distribusi Gas 3kg Tidak Dibagi Rata

Pemkab Bantul Ingin Distribusi Gas 3kg Tidak Dibagi Rata Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Bantul -

Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengharapkan distribusi elpiji ukuran tiga kilogram pada 2018 yang sudah mengalami kenaikan dua persen dari 2017 tidak dibagi rata ke semua agen.

"Mudah-mudahan dengan beberapa strategi kami dalam menjaga ketersediaan elpiji tiga kilogram, dua persen kenaikan elpiji pada 2018 itu tidak dibagi rata ke 11 agen, tapi diproporsionalkan," kata Kepala Dinas Perdagangan Bantul Subiyanta Hadi di Bantul, Jumat.

Kuota elpiji bersubsidi tiga kilogram dari Pertamina untuk Bantul pada 2018 mengalami kenaikan sebesar dua persen dari 2017, jika tahun lalu kuota elpiji sekitar 9 juta tabung, maka ada penambahan sekitar 80 ribu tabung gas.

Ia mengatakan, distribusi elpiji tiga kilogram diproporsionalkan dengan memperhatikan agen elpji di kecamatan mana yang daerahnya rawan mengalami kekurangan hingga mengakibatkan harga gas 'melon' itu melambung tidak terkendali di pasaran.

"Daerah-daerah yang sering langka itu biasanya di desa tertentu di wilayah Kecamatan Pundong, Dlingo, Kretek dan Imogiri karena memang perbatasan dengan kabupaten lain, sehingga distribusi di daerah itu dilebihkan," katanya.

Subiyanta Hadi mengatakan, di beberapa kecamatan yang disebutkan itu rawan kekurangan elpiji karena berpotensi terjadi penyimpangan atau penjualan ke luar kabupaten misalnya ke Gunung Kidul dan Kulon Progo jika harga elpiji tidak stabil.

"Elpiji di daerah perbatasan mudah dijual ke luar oleh pedagang kalau harga yang di luar itu lebih tinggi dari Bantul. Dan untuk antisipai penjualan ke luar, saya berikan toleransi kenaikan maksimal 10 persen dari HET elpiji," katanya.

Ia mengatakan, jika HET elpiji di Bantul ditetapkan sebesar Rp15.500 per tabung, maka dengan toleransi kenaikan 10 persen itu maksimal dijual Rp18 ribu per tabung, dengan perhitungan di wilayah kabupaten lain harganya tidak lebih dari itu.

Selain diproporsionalkan dan diberi toleransi kenaikan harga elpiji, kata dia, distribusi elpiji yang sebanyak 9,08 juta tabung itu tidak dibagi rata selama 12 bulan, melainkan dibedakan dengan melihat bulan-bulan mana yang kebutuhan elpiji tinggi.

"Jadi kalau ada penyimpangan dan penggunaan yang tidak tepat sasaran itu salah satuya pemicu kelangkaan, kemudian distribusi elpiji yang merata di seluruh bulan, karena harusnya disesuaikan dengan kebutuhan bulan-bulan tertentu," katanya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: