Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Petani Garam Demak Keluhkan Mahalnya Harga Membran Garam

Petani Garam Demak Keluhkan Mahalnya Harga Membran Garam Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Demak -

Perwakilan ratusan petani garam di Kabupaten Demak menyampaikan keluhan kepada Gubernur Jawa Tengah nonaktif Ganjar Pranowo terkait dengan beberapa hal setelah buka puasa bersama di Desa Babalan, Sabtu (19/5/2018) sore.

Salah seorang petani garam di daerah itu, Romadon, mengaku kesulitan membeli membran garam yang menjadi modal utama petambak dalam memproduksi garam.

"(Kami mengeluhkan-red) harga dan stok membran garam, apalagi membran itu 'kan hanya dijual dalam koperasi tambak garam sehingga kami yang tidak memiliki kelompok ini kesulitan membeli dan harus jadi anggota dulu," kata warga Desa Babalan RT02/RW02, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak itu.

Terkait dengan harga membran yang Rp3,3 juta untuk ukuran 100 x 4 meter persegi itu, katanya, terlalu tinggi.

"Di Surabaya, harga Rp2 juta untuk ukuran yang sama sehingga kami berharap Pak Ganjar bisa memberi solusi bagi kami," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Ganjar menyarankan petani garam membentuk kelompok karena hal itu sebagai identitas agar pemerintah mudah melakukan pengawasan, sekaligus pemberian berbagai bantuan.

"Sekarang buat kelompok, nanti kami dampingi. Saya ada bantuan dari kelautan perikanan itu membran, nanti saya beri pelatihan juga," kata Ganjar.

Mengenai tingginya harga membran garam, politikus PDI Perjuangan itu menyarankan petambak nonkelompok untuk berani melakukan peminjaman ke perbankan sebagai modal.

Cagub Jateng bernomor urut 1 itu bahkan menawarkan para petani garam untuk mengajukan pinjaman modal dengan bunga ringan di Bank Jateng.

Dalam kesempatan tersebut, Ganjar mengutarakan keinginannya memajukan produksi garam lokal dengan mendirikan pabrik garam berkualitas di beberapa daerah di Jateng.

Ganjar optimistis bahwa pembangunan pabrik garam berkualitas dapat memenuhi berbagai kebutuhan garam masyarakat, baik kebutuhan industri, farmasi, maupun rumah tangga.

"Kita mampu kok (memproduksi garam-red) meski kualitasnya buruk, kita harus perbaiki kualitas. Contohnya ada teknologi ulir pakai membran, ternyata kualitasnya bisa bagus," ujarnya. (FNH/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: