Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Korsel-AS Kerja Sama untuk Pastikan Pertemuan Korut dan AS

Korsel-AS Kerja Sama untuk Pastikan Pertemuan Korut dan AS Kredit Foto: Reuters/KCNA handout via Reuters/File Photo & Reuters/Lucas Jackson/File Photo
Warta Ekonomi, Seoul -

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Minggu berbicara untuk memastikan temu puncak Korea Utara-AS tetap berlangsung setelah Korea Utara mengancam menarik diri dari pembicaraan tingkat tinggi itu.

Moon dan Trump berbicara melalui telepon sekitar 20 menit dan bertukar pandangan tentang tanggapan Korea Utara baru-baru ini, kata kantor kepresidenan Korea Selatan tanpa merinci.

"Kedua pemimpin itu akan bekerja erat dan tak tergoyahkan demi keberhasilan penyelenggaraan temu puncak Korut-AS, yang ditetapkan pada 12 Juni, termasuk KTT Korea Selatan-AS mendatang," kata pejabat kepresidenan.

Keduanya akan bertemu pada Selasa di Washington sebelum pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bertemu dengan Trump pada 12 Juni di Singapura.

Meskipun pertemuan bersejarah antar-Korea pada akhir April meningkatkan harapan rekonsiliasi, namun Korea Utara menunjukkan perubahan dramatis dalam beberapa hari terakhir.

Kepala perunding Korea Utara Ri Son-gwon, Kamis, mengatakan bahwa mereka tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Korea Selatan kecuali tuntutan mereka dipenuhi, merujuk pada latihan tempur udara Korea Selatan-AS bernama "Max Thunder". Latihan tersebut dilaksanakan sehari setelah Utara mengancam akan keluar dari KTT dengan AS.

Demi meredam situasi, juru bicara Palang Merah Internasional Korea Utara pada hari Sabtu menuntut pemerintah Korea Selatan harus mengirim pekerja restoran perempuan Korea Utara kembali ke rumah mereka "tanpa penundaan" untuk menunjukkan kemauan untuk meningkatkan hubungan antar-Korea, tulis kantor berita pusat Korea Utara.

Selusin pekerja restoran Korea Utara datang ke Korea Selatan pada tahun 2016 dari China, dan Korea Utara telah mendesak untuk mengirim mereka kembali dengan mengklaim mereka diculik oleh Korea Selatan, meskipun Korea Selatan telah mengatakan 12 pekerja memutuskan untuk membelot dan ingin bebas atas kemauan mereka sendiri.

Lee Dong-bok, seorang peneliti di "New Asia Research Institution" mengatakan sebagian alasan untuk tuntutan repatriasi Korea Utara adalah untuk membagi opini publik Korea Selatan terhadap 12 pekerja.

"Itu juga untuk menekan pemerintahan Moon untuk menyetujui permintaannya, sehingga Korea Selatan dapat menjaga momentum untuk pertemuan KTT Korea Utara-AS," kata Lee. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: