Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Terapkan CCB 0% Untuk Dorong Kredit Perbankan

BI Terapkan CCB 0% Untuk Dorong Kredit Perbankan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mempertahankan Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar 0% guna mendorong intermediasi perbankan agar tumbuh lebih kencang lagi. Per Maret 2018, pertumbuhan kredit perbankan berada pada level 8,5 persen (yoy).

"BI mempertahankan Countercyclical Capital Buffer sebesar 0 persen, untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan," ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo, di Jakarta, Kamis (17/5/2018).

Besaran Countercyclical Buffer bersifat dinamis yaitu berkisar antara 0 persen sampai 2,5 persen dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) bank. BI akan melakukan evaluasi besaran Countercyclical Buffer tersebut secara berkala paling kurang satu kali dalam enam bulan.

Tambahan modal yang wajib dibentuk bank pada periode ekspansi dapat digunakan ketika bank menghadapi tekanan saat ekonomi sedang kontraksi sehingga keberlanjutan fungsi intermediasi bank diharapkan tetap dapat terjaga.

Secara umum, Bank Sentral akan meningkatkan besaran Countercyclical Buffer pada saat ekonomi sedang ekspansi, dan sebaliknya Bank Sentral akan menurunkan besaran Countercyclical Buffer pada saat ekonomi sedang kontraksi.

Kebijakan CCB perlu untuk diimplementasikan karena adanya perilaku prosiklikalitas antara pertumbuhan kredit dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini tidak terpisahkan dari ketentuan permodalan bank yang dikeluarkan oleh OJK yang diharapkan akan memperkuat daya tahan perbankan.

Untuk diketahui Countercyclical Buffer adalah tambahan modal yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi pertumbuhan kredit atau pembiayaan bank yang berlebihan sehingga berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Salah satu tujuan kebijakan Countercyclical Capital Buffer yang diterapkan Bank Sentral adalah untuk mencegah timbulnya atau meningkatnya risiko sistemik yang berasal dari pertumbuhan kredit yang berlebihan (excessive credit growth).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: