Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Upah Sering Molor, Buruh Curhati Ridwan Kamil

Upah Sering Molor, Buruh Curhati Ridwan Kamil Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bekasi -

Buruh pabrik PT Dynaplast mengeluhkan soal Upah minimun sektoral kota (UMSK) yang keputusannya molor tahun ini. Selain itu, mereka juga mempertanyakan program unggulan kandidat Gubernur Jabar nomor urut 1 Ridwan Kamil untuk buruh jika terpilih sebagai gubernur Jabar 2018. 

"Kami minta kalau Pak Ridwan Kamil jadi Gubernur, supaya UMSK bisa diputuskan Januari. Agar tidak ada  lagi rapelan," kata Muhaimin, Sekretaris SPSI Dynaplast kepada Ridwan Kamil yang berkunjung ke produsen kemasan plastik di kawasan Jababeka itu, Selasa (22/5/2018).

Menurut dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat selalu telat memutuskan UMSK. Padahal buruh menunggu keputusan tersebut segera. Seperti tahun 2018, UMSK baru diputuskan bulan Maret. 

"Sehingga kekurangan upah bulan Januari dan Februari dirapel. Ke depan buruh ingin Gubernur bisa tetapkan UMSK di awal tahun, yakni bulan Januari," kata Muhaimin.

Mendengar keluhan tersebut Ridwan Kamil menyatakan, persoalan UMSK akan jadi perhatian Gubernur ke depan. "Tidak akan dilama-lamakan, kalau menyangkut persoalan kesejahteraan buruh," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil dihadapan ratusan buruh PT Dynaplast.  

Untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, kata Kang Emil, tidak harus menaikkan upah, tapi bisa dengan menurunkan pengeluarannya. Caranya, pemerintah harus turun tangan. 

Di Bandung, tahun 2017, lanjut Kang Emil, tidak ada demo buruh. Karena Wali Kotanya mendengar aspirasi buruh. Ketika 1/3 upah buruh habis untuk transportasi maka, di Bandung, buruh difasilitasi bus gratis sehingga pengeluaran untuk transportasi bisa ditabung. 

"Untuk buruh yang rumahnya jauh dari pabrik, disediakan bus gratis," ujarnya.

Ia merinci, beban transportasi buruh meliputi beli kendaraan, bahan bakar minyak menyesuaikan tempat tinggal dengan tempat bekerja. Menurut dia, buruh saat ini tidak efesien karena jarak tempat kerja dengan tempat tinggal cukup jauh.

"Kerja di Kabupaten Bekasi, tinggalnya di Kota Bekasi," kata Emil.

Selain membuat tidak efisien, jarak yang jauh juga membuat buruh stres. Sebab, perjalanan membutuhkan waktu tak sedikit, belum lagi ketika jalan yang dilintasi macet. Sehingga waktu santai bersama dengan keluarga cukup sedikit karena habis di jalan.

Karena itu, Kang Emil akan menggagas apartemen untuk buruh di sekitar tempatnya bekerja. Konsep itu diterapkan di Cina, dimana tempat tinggal buruh dengan perusahaan berdampingan. "Berangkat kerja tinggal jalan kaki atau naik sepeda," kata dia.

Tak hanya itu, untuk mengurangi beban buruh, di Bandung akan juga dibuat aplikasikasi belanja murah bagi buruh. "Sehingga buruh dapat membeli sembako dengan harga grosir." tukasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: