Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengusaha Tenun Gedogan Ini Berdayakan IRT dan Remaja

Pengusaha Tenun Gedogan Ini Berdayakan IRT dan Remaja Kredit Foto: Kemenkop dan UKM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketika pertama memulai usaha pada tahun 2000, pemilik Art Shop Pade Angen, Hj. Rabiah yang lahir di Lombok Timur 15 April 1971 itu tidak menyangka usahanya akan berkembang seperti saat ini dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan.

Ibu dua anak itu mengawali usahanya dengan bermodalkan uang Rp2 juta dan kebisaannya menenun yang ia kuasai secara turun-temurun.

"Uang Rp2 juta itu saya belikan benang. Ketika itu harga benang masih Rp250, sekarang harganya sudah Rp3.000," katanya.

Rabiah juga mengaku bahwa ia memulai usaha tenun karena didorong rasa prihatin dengan begitu banyaknya pengangguran di sekitar rumahnya, terlebih perempuan, baik ibu rumah tangga maupun anak-anak perempuan yang baru lulus sekolah.

"Mereka susah cari kerja dan banyak ibu-ibu yang tidak mandiri secara ekonomi, padahal mereka sebagian besar bisa menenun. Saya kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan dan menampung mereka untuk usaha tenun ini," katanya.

Ibu-ibu dan para gadis dibekalinya benang dan peralatan, lalu mereka bisa menenun di mana saja, termasuk di rumah masing-masing. Jika kain telah jadi, baru diantarkan ke rumah Rabiah.

"Mereka senang karena di waktu luang bisa menenun dan mendapatkan tambahan penghasilan dari mulai Rp40.000 sampai Rp400.000 per potong kain, tergantung kerumitan motif," katanya.

Seiring waktu, tenun gedogan dan kain songket yang diproduksinya semakin diminati masyarakat, pemasarannya bertambah luas hingga merambah provinsi-provinsi lain.

Bukan itu saja, plasma binaannya pun bertambah luas hingga kini mencapai 200 penenun di empat dusun di desanya. Tak hanya tenun dengan benang, perempuan yang aktif di berbagai organisasi itu juga mengembangkan kain dengan pewarnaan alam.

"Sampai saat ini produksi 50-60, bahkan ratusan kain per bulan dengan harga antara Rp400.000 sampai Rp1 juta per bulan," katanya.

Rabiah pun mencoba terus berinovasi dengan motif sampai kemudian menemukan pola-pola dan motif khusus hasil inovasinya sendiri. Motif kain yang diproduksinya pun benar-benar berbeda dan hanya bisa didapatkan di sanggarnya, Pade Angen Art Shop.

"Ada sedikit rasa khawatir karya saya ditiru orang lain dan beruntung saya punya kenalan dan hubungan baik dengan Dinas Koperasi dan UKM, lalu dinas menyarankan saya untuk mengakses fasilitas hak cipta dari pemerintah," kata Rabiah yang juga menjadi guru honorer di TK Darrul Kamal Kembang Kerang Daya.

Pada akhir 2017, sebanyak 10 karyanya mendapatkan pengakuan hak cipta yakni sertifikat untuk seni motif pelangi, daun pisang, motif tenun kali bintang, bokor, selingkuh, boneka hello kitty, sari menanti, pagar besi, kali kembang, dan lumbung.

"Sudah 10 motif tenun saya yang mendapatkan sertifikat hak cipta dan dengan ini saya semakin percaya diri dalam berkarya, pelanggan juga semakin percaya pada produk tenun saya dan saya merasa tenang karya saya dilindungi oleh hukum," katanya.

Ke depan, Rabiah ingin produknya bisa masuk ke pasar ekspor.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: