Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Ayam Meroket Akibat Panjangnya Rantai Distribusi

Harga Ayam Meroket Akibat Panjangnya Rantai Distribusi Kredit Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Warta Ekonomi, Balikpapan -

Panjangnya rantai distribusi dan larangan penggunaan antibiotik untuk ternak menjadi penyebab utama meroketnya harga ayam broiler atau ayam ras di pasar-pasar tradisional Balikpapan.

Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Chandra, menuturkan, jalur distribusi ayam broiler atau ayam ras di pasar tradisional di Balikpapan harus melewati empat pihak sebelum sampai kepada pembeli akhir. Rantai distribusinya ayam broiler atau ayam ras yang masuk pasar tradisional harus melewati broker, bandar, pedagang bakul, baru sampai pengecer.

"Untuk di pasar modern, hanya melewati rumah potong ayam," ungkap Chandra di Balikpapan, Jumat (25/5/2018).

Di pasar tradisional, akhirnya harga ayam broiler mencapai Rp40.000 per ekor, dari semula Rp18.000 per ekor di tingkat peternak. Bahkan, saat ini mencapai Rp53.000 per ekor di Pasar Pandansari, pasar yang berfungsi sebagai pasar grosir di Balikpapan. Sementara itu, di pasar modern harga ayam ras ada di rata-rata Rp35.000 atau lebih murah hingga Rp27.000 per ekor.

Selain itu, pasokan ayam juga menurun karena umur panen ayam lebih lama, yaitu menjadi sekitar 35 hari dari biasa 27-30 hari. Umur panen bertambah sebab tanpa penggunaan antibiotik, diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai berat ideal yang diinginkan agar penjualan ayam bisa maksimal.

Penggunaan antibiotik di dalam pakan ayam dilarang oleh Kementerian Pertanian sebagai upaya mengurangi penyebaran zat tersebut kepada manusia.

Dengan umur panen lebih lama, dibutuhkan lebih banyak pakan. Tanpa antibiotik, ayam juga jadi lebih rentan kena penyakit.

Menurut Kepala Dinas Perdagangan Balikpapan, M. Saufan, harga pakan yang berdasar mata uang dolar dan harus didatangkan dari luar Kalimantan Timur juga penyumbang kenaikan biaya produksi.

"Peternak memasukkannya sebagai biaya produksi yang akhirnya ditanggung konsumen. Termasuk juga pasokan yang lebih sedikit daripada biasanya," kata Kepala Kantor Perwakilan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kota Balikpapan, Abdul Hakim Pasaribu.

Keadaan inilah yang membuat pasar ayam ras di pasar tradisional berguncang.

"Paling tidak untuk sementara ini. Tapi kami juga sedang mengkaji bagaimana pasar modern bisa membuat harga di kisaran Rp28.000 per ekor," jelas Pasaribu.

Rencana pembelian ayam yang tepat waktu dari peternak, juga penyimpanan dengan menggunakan mesin pendingin menjadi perhatian oleh KPPU.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: