Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lagi, S&P Kukuhkan RI sebagai Layak Investasi

Lagi, S&P Kukuhkan RI sebagai Layak Investasi Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) mengafirmasi peringkat Indonesia tetap pada level layak investasi (Investment Grade).

S&P memberikan afirmasi atas Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level BBB-/outlook stabil atau investment grade. Beberapa faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut, yaitu beban utang pemerintah yang relatif rendah serta kinerja fiskal dan tingkat utang luar negeri yang moderat. Rasio utang pemerintah terhadap PDB dalam beberapa tahun ke depan diproyeksikan akan tetap stabil. Hal ini mencerminkan proyeksi keseimbangan fiskal yang juga relatif stabil.

"Kami memproyeksikan utang pemerintah tetap di bawah 30% dari PDB. Namun demikian, kami mengharapkan defisit fiskal akan dijaga di bawah 2,5% dari PDB melalui pemotongan belanja di tempat lain, jika diperlukan," kata S&P dalam pernyataan resminya yang diterima di Jakarta, Kamis (31/5/2018).

Lebih lanjut, meningkatnya tax collection sebagai dampak dari tax amnesty dan meningkatnya harga minyak dunia diproyeksikan memperbaiki penerimaan negara.

Dari sisi eksternal, current account deficit (CAD) Indonesia diproyeksikan akan menyempit dalam beberapa tahun ke depan, yang mencerminkan permintaan global yang stabil dan harga komoditas yang lebih tinggi.

Fleksibilitas rupiah dan kebijakan kehati-hatian dalam mengelola risiko utang luar negeri jangka pendek korporasi telah mendorong penurunan rasio kebutuhan pembiayaan eksternal terhadap current account receipt (CAR).

Kemudian, risiko pemburukan pada beban pembiayaan eksternal yang dihadapi Indonesia telah menurun secara signifikan. Selain itu, perumusan kebijakan Indonesia telah efektif dalam mendukung keuangan pemerintah yang berkesinambungan dan pertumbuhan ekonomi yang berimbang.

Untuk mendukung daya beli dan konsumsi, Pemerintah mengambil langkah, antara lain menahan kenaikan harga minyak dan listrik. Upaya tersebut dinilai bersifat temporer dan momentum reformasi akan kembali menguat.

Secara khusus, Bank Indonesia dinilai memegang peranan penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi serta meredam tekanan pada perekonomian dan pasar keuangan.

"Bank Indonesia memiliki kemandirian operasional yang signifikan untuk mengejar target kebijakan moneternya sejak Juli 2005, ketika secara resmi mengadopsi Kerangka Penargetan Inflasi," tulisnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: