Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gus Romi: Hari Lahir Pancasila Tak Perlu Diperdebatkan Lagi

Gus Romi: Hari Lahir Pancasila Tak Perlu Diperdebatkan Lagi Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintahan Joko Widodo bersama Jusuf Kalla menetapkan Hari lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni menjadi hari libur nasional.

Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy mengatakan hari lahir Pancasila yang menjadi hari libur nasional tak perlu diperdebatkan lagi.

"Seyogianya tak perlu lagi kita memperdebatkan tentang mengapa Hari Pancasila ditetapkan 1 Juni," kata Romahurmuziy dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Jumat (1/6/2018).

Bahwa teks Pancasila sebagaimana yang ada saat ini sesungguhnya hasil rumusan final Tim 9 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal 18 Agustus 1945, menurut Romahurmuziy adalah benar.

Namun, lanjut politikus yang akrab disapa Rommy itu, adalah fakta bahwa untuk pertama kalinya istilah Pancasila sebagai dasar negara diperkenalkan oleh Ir Soekarno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 1 Juni 1945.

Selain itu, rumusan Pancasila sejak tanggal 1 Juni 1945 yang dipidatokan Bung Karno, rumusan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, hingga rumusan final tanggal 18 Agustus 1945 adalah satu kesatuan proses lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.

Artinya, kata Rommy, kalimat dan urutan sila-sila dalam Pancasila terus berkembang sejak disampaikan pertama kali tanggal 1 Juni 1945 sampai menemukan bentuk finalnya pada tanggal 18 Agustus 1945.

Adapun tanggal 18 Agustus juga telah ditetapkan oleh Presiden sebagai Hari Konstitusi dengan Keppres No. 18/2008.

Jadi, kata Rommy, yang penting adalah esensi dari peringatan Hari Pancasila, bukan perdebatan tentang tanggal lahirnya.

Salah satu esensi itu menurut Rommy adalah bagaimana membangun kesadaran bahwa Pancasila adalah pemersatu keragaman yang ada.

"Sebagai alat pemersatu, Pancasila adalah titik temu semua agama, suku, dan golongan. Bisa jadi ada hal yang tidak memuaskan satu dua pihak, tetapi itulah titik optimal," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: