Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi Digital Banking Ala Bank Mandiri

Strategi Digital Banking Ala Bank Mandiri Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ramai-ramai perusahaan perbankan melakukan transformasi digital, tidak terkecuali Bank Mandiri. Wajar saja, saat ini sekitar 94% transaksi keuangan nasabah Bank Mandiri dilakukan lewat jaringan elektronik, 6% sisanya lewat kantor cabang. Dari 94% transaksi yang dilakukan secara elektronik tersebut, kanal internet banking relatif stagnan. Ini menunjukkan bahwa nasabah mulai bergeser ke mobile banking.

Untuk itu, Bank Mandiri menyusun roadmap digital banking lima tahun mendatang (2018—2022). Sasarannya ada tiga. Pertama, sistem pembayaran. Nasabah akan memperoleh layanan yang lebih cepat dan akses lebih mudah ketimbang harus ke kantor cabang. Kedua, biaya channel (kanal) yang lebih murah. Ketiga, bank dapat melakukan penetrasi ke pasar yang baru dengan memanfaatkan data analytics untuk cross selling loan product.

Lewat anak usahanya, Mandiri Capital, saat ini perusahaan telah memiliki cucu usaha. Tidak kurang dari delapan fintech sudah didirikan yang menelan investasi lebih dari Rp500 miliar. Perusahaan akan mengevolusikan digital banking menuju customer centric mengingat customer yang juga berbeda-beda. Ada fresh graduate, pegawai, bahkan pensiunan. Digital banking ini akan dibungkus sedemikian rupa untuk tujuan cross selling product, baik ke segmen retail maupun wholesale.

Untuk retail misalnya, perusahaan sedang mentransformasi internet banking—yang saat ini hanya transactional tool bagi para fix income earner maupun pedagang— untuk diintegrasikan dengan kredit. Perusahaan tengah melakukan program digitalisasi proses bisnis besar-besaran di back office, yang selama ini prosesnya masih dilakukan secara manual. Pembongkaran back office ini dilakukan lewat dua simpul, business process reengineering dan branch office system improvement. Nantinya, screen yang ada di cabang dipadukan dengan proses kredit sehingga ujungnya proses aplikasi kredit di cabang bisa dilakukan secara daring (online).

Proses ini sudah diuji coba di Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) lalu. Di sana, customer bisa melakukan aplikasi credit card (CC) dan menerimanya dalam waktu 1,5 jam. Sebenarnya, proses itu bisa ditekan menjadi 30 menit, namun lantaran site traffic (lokasi mesin cetak CC yang berada di Gondangdia, jauh dari lokasi GATF di Senayan) sehingga memakan waktu. Untuk aplikasi CC berbasis payroll, umumnya sudah bisa dilakukan dalam waktu 30 menit, dari sebelumnya 1—2 hari kerja.

Selanjutnya, akan diuji coba pada kredit kepemilikan apartemen (KPA) dan kredit kepemilikan rumah (KPR) agar bisa ditekan menjadi 3—4 hari dari waktu normal 14 hari kerja. Proses KPA dan KPR masih memerlukan verifikasi lokasi di lapangan sehingga lebih lama. Mimpinya, produk investment pun akan ditawarkan ke customer baik reksa dana dari Mandiri Manajemen Investasi (MMI) maupun unit link dari AXA Mandiri Finance. Namun, mengingat semakin banyak produk dalam satu platform bisa mempengaruhi tingkat stabilitas, perusahaan sedang mempertimbangkan opsi front end yang sama atau berbeda, namun interlink.

Tidak ketinggalan segmen wholesale, perusahaan menyiapkan sistem cash management digital. Cita-cita mereka, nantinya korporasi akan bergeser ke kanal-kanal milik mereka. Misalnya sistem keuangan korporasi (SAP) nanti akan terkoneksi dengan cash management Bank Mandiri. Kepala bagian akunting satu perusahaan tidak perlu lagi membawa dokumen ke cabang, semua terautomasi mulai dari pembayaran pajak, PPh, hingga termasuk untuk kebutuhan forex dan lindung nilai.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: