Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mampukah Pertanian Indonesia Hadapi Cuaca Ekstrem?

Mampukah Pertanian Indonesia Hadapi Cuaca Ekstrem? Kredit Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertanian di Indonesia dinilai memiliki daya kuat untuk menghadapi cuaca yang ekstrem sehingga produktivitas pangan sejatinya bisa tetap kontinyu sepanjang tahun.

Peneliti Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian di Bogor, Destika Cahyana, mengatakan Indonesia memiliki daya yang kuat menghadapi kemungkinan cuaca ekstrem.

"Di Indonesia terdapat lahan kering dan lahan basah yang secara turun-temurun menjadi lahan pertanian termasuk padi," katanya di Jakarta, belum lama ini.

Ia mencontohkan, bila terjadi kemarau panjang, padi dari lahan rawa akan surplus. "Sebaliknya bila terjadi kemarau basah maka panen padi gogo bagus," kata Destika.

Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri telah menyosialisasikan sistem pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim ekstrem. Sebut saja melalui pertanian hemat air, pengaturan air oleh kelompok P3A (petani pengelola dan pemakai air), penggunaan bibit adaptif segala cuaca yang telah diuji multilokasi, serta dorongan peningkatan produksi yang mulai membaik.

"Intinya bagaimana pemerintah dapat memobilisasi pemimpin daerah untuk memprioritaskan lahan dan sarana prasarana produksi di daerah masing-masing sesuai prediksi iklim," katanya.

Sementara itu, Direktur Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) Syahroni mengatakan Bulog perlu mendapat dukungan penuh masyarakat karena bersikukuh menolak impor beras. Menurut Syahroni, gudang Bulog terbukti penuh karena serapan gabah hasil panen optimal.

"Pemerintah tak usah khawatir, stok beras juga terdistribusi di masyarakat, petani, penggilingan, bahkan di pesantren-pesantren di pedesaan," tutur Syahroni.

Syahroni menduga ada mafia yang berusaha bermain dengan alasan stok pangan harus aman menjelang Lebaran di tahun politik dan kampanye pilpres.

"Tanpa impor pasti aman di seputaran lebaran. Beras zakat fitrah saja akan menjadi stok di setiap rumah tangga masyarakat yang menerima," kata Syahroni.

Terlebih di saat lebaran pangan juga tak melulu beras karena secara alami terjadi diversifikasi pangan lokal. Pangan, menurut Syahroni, bukan persoalan jangka pendek, tapi persoalan jangka panjang terkait kedaulatan pangan nasional dan bangsa.

"Tentunya alasan lain juga tidak mendasar seperti menjaga kestabilan pangan karena cuaca ekstrem," kata Syahroni.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: