Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fluktuasi Rupiah Sebulan Ini Mengkhawatirkan?

Fluktuasi Rupiah Sebulan Ini Mengkhawatirkan? Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chaves menilai pergerakan rupiah dalam sebulan terakhir yang mengalami fluktuasi tidak perlu dikhawatirkan karena Indonesia memiliki kerangka makro ekonomi yang baik.

"Indonesia memiliki lingkungan ekonomi yang membaik, fiskal yang terkelola dengan baik, serta kelayakan kredit yang lebih baik. Jadi, menurut kami, pergerakan nilai tukar mata uang dalam jangka pendek tidak perlu dikhawatirkan," ujar Rodrigo di Jakarta, belum lama ini.

Selain itu, lanjut Rodrigo, kendati ada volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, reformasi struktural harus terus dilakukan oleh pemerintah.

"Hal itu jangan dijadikan alasan untuk tidak melanjutkan reformasi struktural yang terjadi di negara ini. Negara ini memiliki kerangka makro yang sangat baik, tapi ada banyak sekali peluang dan juga keperluan untuk terus melanjutkan reformasi dan terus melakukan upaya meningkatkan pertumbuhan dan kesetaraan," kata Rodrigo.

Terkait dengan kebijakan moneter yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia, Bank Dunia menilai telah berjalan dengan baik di mana bank sentral menjaga suku bunga riil di wilayah positif dan mempertahankan ekspektasi inflasi. Belum lama ini, meskipun inflasi stabil, BI menaikkan suku bunga sebanyak dua kali dengan total 50 basis poin untuk memberi sinyal bagi komitmennya terhadap stabilitas.

Cadangan yang mencapai tingkat tertinggi dan perjanjian pertukaran bilateral memungkinkan BI untuk mempertahankan nilai rupiah walaupun BI telah menjalankan kebijakan yang selayaknya dengan tidak menargetkan tingkat tertentu untuk nilai mata uang.

Bank Dunia juga menyebutkan, nilai tukar rupiah secara efektif tetap 5,3% lebih kuat daripada nilai di Januari 2014 menyusul akibat yang berkepanjangan dari apresiasi riil yang terjadi pasca Taper Tantrum.

Taper Tantrum adalah istilah yang dipakai untuk merujuk lonjakan imbal hasil obligasi negara AS di 2013 yang disebabkan oleh pengurangan jumlah uang yang masuk ke dalam sistem ekonomi secara bertahap oleh bank sentral AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menembus level psikologis Rp14.000, namun dalam sepuluh hari terakhir rupiah menguat menjauhi Rp14.000.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: