Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Demi Mudik ke Kampung Halaman, Pria Ini Gowes Sepeda Sejauh 704 Km

Demi Mudik ke Kampung Halaman, Pria Ini Gowes Sepeda Sejauh 704 Km Kredit Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Selalu ada cerita untuk mudik lebaran bertemu keluarga di kampung dengan cara tempuh masing-masing, termasuk salah satunya adalah Yugo Purwanto yang bersepeda (gowes) menuju kampung halamannya.

Mudik kali ini ia punya cerita unik, yaitu menempuh jarak sepanjang 704 km dengan bersepeda. Start dari Ciledug, Jakarta menuju Wonogiri, Jawa Tengah di tengah cuaca yang cukup terik pada siang hari.

"Butuh waktu selama 5 hari untuk satu kali perjalanan. Karena saya mampir di beberapa komunitas sepeda lainnya setiap kota yang dilewati," kata pria yang akrab disapa Yugopus ini.

Tidak singkat jarak yang dia tempuh dengan bersepeda yang hampir menyentuh 1.000 km apabila ditotal dengan jarak jalur keloknya.

Belum cukup sampai di sini cerita Yugopus. Dia ternyata tidak hanya kali ini, gowes kali ini adalah yang kali ketiga.

Tidak memiliki alasan yang khusus untuk Yugo melakukan hal tersebut, hanya berdasarkan kecintaan terhadap sepeda.

"Sebenarnya tidak ada proses khusus karena saya terbiasa 'bike to work' dan sangat menikmati bersepeda," katanya.

Rupanya Yugo tidak sendirian. Dia bersama rekan lainnya satu komunitas juga mudik menggunakan sepeda, hanya mereka berpencar ketika berbeda jalur karena memiliki tujuan kampung yang berbeda-beda.

Ayah tiga orang anak ini menjelaskan tidak ada persiapan khusus. Dia selalu membiasakan diri dengan aktivitas sepeda saja.

Motivasi Bersepeda bagi sebagian orang merupakan olahraga atau hobi yang menyenangkan. Bagi Yugo dan komunitasnya, bersepeda adalah salah satu media kampanye.

"Saya sendiri tergabung dalam komunitas 'Bike2work' dan 'Fedtangs' (Federalist Tangerang)," katanya.

Melalui komunitasnya tersebut dia memiliki tujuan kampanye dalam menjalani lebih dari ribuan kilometer setiap tahunnya.

"Jujur saja saya tidak hanya mudik dengan menggunakan sepeda, tetapi juga kampanye untuk 'Berbagi Jalan'," katanya.

Menurut Yugo, selama ini para pengguna sepeda kurang mendapatkan haknya dalam menggunakan jalan raya dalam bersepeda. Sepeda masih belum dianggap sebagai salah satu sarana transportasi sehingga kesadaran para pengguna sepeda motor dan mobil masih kurang mengenai keberadaan sepeda di jalan raya.

Kerap kali menurutnya pesepeda justru lebih terancam di jalan raya. "Pesepeda juga punya hak yang sama dalam memakai jalan," tegas Yugo.

Yugo menyukai kegiatan bersepeda sejak berada di bangku SMP. Hingga kini, dia terus berupaya mengampanyekan hal tersebut.

Sementara itu, rekan Yugo (pencinta sepeda lainnya) menceritakan kepada Antara bahwa banyak rekannya yang tahun ini mudik menggunakan sepeda.

"Ada banyak teman yang gowes lewat pantura, ada tiga orang dari Cikarang ke Solo, kemudian dari Tangerang menuju Wonogiri satu orang," jelas Adhiet rekan Yugo.

Adhiet sendiri hampir tiap tahun mudik gowes dari Bandung hingga ke Solo. Namun, tahun ini urung dia lakukan karena waktu mudik yang dirasa tidak tepat serta ada keperluan lainnya.

Total perjalanan yang ditempuh ayah empat anak ini adalah 3 hari. Menurutnya itu adalah waktu yang wajar.

Adhiet juga tergabung dalam klub sepeda yang dia sebut FBI (Federal Bandung Indonesia) yang selalu aktif dalam berbagai "event".

Adhiet sempat menceritakan selama seminggu dia siapkan Federal merah miliknya untuk dipakai mudik. Pada 3 hari pertama, dia mengalami kendala, sepedanya bermasalah. Dia mengaku hampir saja kehilangan semangat. Namun, berhubung Adhiet juga seorang mekanik sepeda, dia akhirnya mampu mengatasi hal tersebut.

"Bersepeda jangan pernah dipaksakan, sekuatnya, kalau capek, ya harus istirahat," katanya.

Dua jalur di Pulau Jawa telah dia lalui untuk mudik, yaitu jalur selatan dan pantai utara (pantura).

Selama mudik bersepeda, biasanya dia bermalam dua kali, pertama di Brebes dan kedua di Alas Roban. Kendala yang dia hadapi bermacam-macam, dari mulai cuaca hingga macet.

"Kalau macet, ya, saya turun, saya tuntun dengan jalan kaki, dinikmati saja," katanya.

Kampanye Menurut Adhiet, motivasinya melakukan mudik dengan bersepeda sejauh hampir 550 km tiap tahun karena dia ingin mengampanyekan manfaat dari bersepeda. Mengayuh sepeda sudah dia lakukan setiap hari sebagai transportasi sehari-harinya. Pekerja frelancer instalasi listrik itu selalu giat mengampanyekan manfaat sepeda.

"Saya dahulu menderita rematik parah. Alhamdulillah, dengan bersepeda, sembuh. Dengan bersepeda, bisa mengurangi risiko sakit jantung," jelasnya.

Dengan bersepeda, Adhiet juga ingin memelihara lingkungan dengan sebaik-baiknya sebab sepeda tidak menghasilkan polusi.

Pada Lebaran 2017 adalah tahun ketiganya dia mudik bersepeda. Setiap gowes selalu dari Bandung menuju Solo. Hal tersebut juga berlaku untuk arus balik. Dia tetap mengayuh sepeda dengan bendera tinggi di belakangnya, yang dia sebut pemberi semangat.

Bawaan Adhiet relatif cukup banyak. Biasanya dia siapkan dua tas ransel di sisi sepeda bagian belakang di kanan dan kiri, serta satu tas beserta matras tidur terlipat di stang depan. Meski demikian, bagi Adhiet, keselamatan menjadi hal utama. Dia selalu menggunakan helm sepeda, lengkap dengan dua buah lampu di depan sepeda.

Selama mudik menggunakan sepeda, dia mengaku tahun terberatnya dialami saat mudik Lebaran 2016 sebab pada tahun itu dia gowes secara konvoi.

"Kalau berombongan itu tambah repot. Saya harus mengawal mereka. Mau cepat, banyak yang ketinggalan. Kalau pelan, nanti juga tidak sampai-sampai 'kan," ucapnya sembari tertawa.

Biasanya waktu tempuhnya adalah 3 hari. Namun, pada tahun itu, karena berkelompok, akhirnya memakan waktu 4 hari. Berbeda dengan rekannya Yugo yang lebih suka gowes berkelompok.

Didukung Keluarga Meski mudik dengan cara tidak biasa, Adhiet mengaku tidak ada keberatan dari keluarga. Menurut dia, keluarga sangat mendukung kegiatannya bersepeda.

"Tidak ada keluhan, asalkan saya rutin mengirimkan kabar lewat foto. Mereka akan memahami, kok, toh ini hobi baik," tegasnya.

Selain dukungan keluarga, dia selalu membekali diri dengan pengetahuan sepeda, baik secara teknis maupun kesehatan diri. Dua tas depan hitam di dekat roda depan merupakan perlengkapan mekanik yang berisi perbengkelan sepeda.

"Saya menyukai sepeda sejak kecil. Pada waktu itu ayah saya memberikan sepeda satu-satu kepada semua anaknya. Entah sejak saat itu saya hobi dengan sepeda, baik mengutak-atik maupun bersepeda jarak jauh," katanya.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: