Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Terkapar Kena Dua Pukulan 'Hook'

Rupiah Terkapar Kena Dua Pukulan 'Hook' Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ibarat olahraga tinju, kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini, Selasa (26/6/2018), seperti terkena dua pukulan hook yang membuatnya terkapar tak berdaya.

Mengutip Bloomberg, Selasa (26/6/2018) pukul 15.27 WIB, rupiah melemah 0,13% ke level Rp14.177 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot. Begitu juga dengan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) di Bank Indonesia (BI) yang mencatatkan pelemahan 0,41% ke posisi Rp14.163 per dolar AS.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan, rupiah sedang terkena double hit karena dua faktor utama. Pukulan pertama, pengetatan moneter global membuat dana asing keluar dari negara berkembang seperti Indonesia.

"The Fed rencananya bakal naikkan suku bunga hingga empat kali tahun ini. Akibatnya, dolar jadi naik, terlihat dari US dolar index yang sempat mencapai level 95, tertinggi dalam 11 bulan terakhir," kata Bhima kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Selasa (26/6/2018).

Hit yang kedua, lanjut Bhima, karena efek proteksionisme termasuk perang dagang membuat defisit neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 kembali merosot sampai US$1,52 miliar.

"Artinya, dalam lima bulan ada empat kali defisit perdagangan. Ekspor CPO dan karet yang turun ditambah bengkaknya impor migas jadi pemicu utama," terang Bhima.

Menurutnya, defisit perdagangan inilah yang membuat permintaan valuta asing (valas), khususnya dolar, naik untuk kebutuhan impor. Dengan kondisi itu, suku bunga acuan BI yang naik meskipun 3 kali efeknya kurang direspons pelaku pasar.

"Kecuali naiknya langsung 50 bps, mungkin dana asing bisa tertahan karena kupon bunga SBN jadi sangat menarik," tandasnya.

Ke depan, Bhima memperkirakan tekanan terhadap rupiah kian besar sampai tahun 2019. Pasalnya, selain the Fed naikkan bunga hingga empat kali, hal ini juga akan disusul bank sentral negara lain khususnya ECB.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: