Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Langkah Indocement Naikkan Harga Semen Dinilai Tak Tepat

Langkah Indocement Naikkan Harga Semen Dinilai Tak Tepat Kredit Foto: Antara/Antarafoto.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana untuk meningkatkan harga jual pasca Lebaran tahun ini, langkah tersebut dinilai salah momentum. Pasalnya, tanpa adanya kenaikan harga jual pun, industri semen Tanah Air sejauh ini sudah dipusingkan dengan adanya kelebihan pasokan yang secara natural tentu justru akan menekan harga jual. 

"Saya melihat mereka timing-nya tidak pas untuk menaikkan harga jual. Yang ada, dengan pasokan yang berlimpah, harga justru akan tertekan. Mana mau konsumen beli dengan harga lebih mahal meski hanya satu sampai dua persen, sedangkan produk di pasar berlimpah," ujar pengamat pasar modal dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, saat dihubungi, Selasa (26/6/2018).

Sebagaimana diketahui, seiring dengan kelebihan pasokan yang terjadi, INTP justru berencana untuk menaikkan harga jualnya demi dapat mendongkrak margin yang didapat. 

Rencananya, kenaikan harga yang bakal diterapkan berkisar antara satu sampai dua persen dan bakal mulai diuji coba setelah momen Lebaran 2018. 

"Di sepanjang triwulan I 2018, biaya produksi kami telah mengalami kenaikan 11% dibanding periode sama tahun lalu sementara harga jual justru melemah lebih dari tujuh persen. Karena itu, setelah Lebaran ini kami akan coba tes pasar untuk kenaikan harga untuk memperbaiki margin," ujar Direktur Utama INTP, Christian Kartawijaya, dalam kesempatan terpisah. 

Terkait alasan yang dikemukakan Christian, Reza pun menyampaikan bantahannya. Dalam kondisi pasar yang tertekan akibat kelebihan pasokan seperti saat ini, menurut Reza yang perlu dilakukan bukanlah menaikkan harga jual, melainkan mendongkrak penjualan dengan memperbanyak jaringan penjualan di level pengecer. Jika hal itu bisa dilakukan, dengan sendirinya margin perusahaan bakal bisa terdongkrak. 

"Kalau memang penjualan secara bulk sedang jelek karena proyek-proyek infrastruktur atau properti juga sedang lesu, ya penjualan ecerannya dong yang digalakkan. Di level eceran 'kan ketika orang mau bangun atau renovasi rumah, enggak ada istilah hold dulu. Mereka akan tetap belanja. Makanya, di level pengecernya ini yang perlu diperbanyak, bukannya dengan menaikkan harga jual," tegas Reza.

Sementara itu, kinerja saham INTP pun sampai dengan Kamis (28/6/2018) anjlok hingga 40,97% ke Rp13.575 per saham. Padahal, pada awal tahun harga saham perusahaan berada di Rp23.000 per saham. 

Sepanjang perdagangan kemarin saja, saham INTP merosot Rp725 atau 5,07% ke Rp13.575. Saham INTP ditransaksikan sebanyak 3.953 kali dengan volume 46.305 lot senilai Rp63,26 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: