Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

2 Tantangan Besar Hadang Kelapa Sawit, Ini Kuncinya

2 Tantangan Besar Hadang Kelapa Sawit, Ini Kuncinya Kredit Foto: GAPKI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Joko Supriyono, menuturkan, sektor kelapa sawit di Indonesia menghadapi dua tantangan besar.

Menurut Joko, tantangan pertama yakni tantangan eksternal terkait kampanye negatif, isu keberlanjutan, dan penerimaan pasar terutama di negara maju.

"Kedua adalah tantangan dari dalam negeri. Yaitu, produktivitas dan efisiensi yang secara rerata masih rendah dan pengembangan perkebunan rakyat," kata Joko di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (28/6/2018) saat menjadi salah satu pembicara dalam Asian Agriculture & Food Forum (ASAFF) 2018.

Menjawab tantangan tersebut, perusahaan perkebunan kelapa sawit harus menjalin kemitraan dan membantu perkebunan rakyat untuk meningkatkan produktivitas.

Program Research and Development, mekanisasi, dan otomasi yang dilakukan perusahaan, juga perlu ditularkan kepada perkebunan rakyat sehingga produktivitas kebun mereka juga meningkat.

Kemitraan perusahaan dengan masyarakat akan menjadi kunci pengembangan sektor kelapa sawit nasional ke depan. Perusahaan kelapa sawit harus bisa membantu perkebunan rakyat untuk meningkatkan produktivitas, baik melalui pemilihan benih unggul maupun perbaikan tata kelola perkebunan.

Joko menuturkan, perkebunan rakyat semakin memainkan peran penting dalam industri kelapa sawit nasional. Indonesia masih kukuh menjadi negara produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan total produksi tahun 2017 sebesar 42,04 juta ton. Dari total produksi tersebut, sekitar 31,05 juta ton terserap di pasar ekspor. 

"Dengan produksi dan ekspor sebesar itu, minyak sawit adalah komoditas penyumbang devisa terbesar yang mencapai US$22,9 miliar," kata Joko.

Beberapa negara tujuan ekspor utama minyak sawit Indonesia pada tahun 2017 antara lain India (7,62 juta ton); Uni Eropa (5,03 juta ton); Tiongkok (3,73 juta ton); Afrika (2,28 juta ton); dan sejumlah negara lainnya.

"Ada peningkatan permintaan akan minyak nabati hingga 5 juta ton setiap tahun di seluruh dunia. Sebagai minyak nabati dengan produktivitas tertinggi, sawit memberikan peran signfikan dalam konteks ketahanan pangan di dunia," kata Joko.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: