Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Klaim Kenaikan Suku Bunga 50 BPS Tarik Dana Asing Masuk

BI Klaim Kenaikan Suku Bunga 50 BPS Tarik Dana Asing Masuk Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mengklaim kenaikan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25% dapat menarik minat investor asing untuk berinvestasi di pasar keuangan Indonesia khusus Surat Berharga Negara (SBN).

"Jadi, dengan kenaikan 50 bps akan membawa imbal hasil pasar keuangan Indonesia, pasar fix income Indonesia, khususnya SBN yang lebih kompetitif dan akan lebih banyak menarik inflow," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Jakarta, Jumat (29/6/2018).

Perry menuturkan, tentunya dengan banyaknya dana asing yang masuk akan menambah supply valuta asing (valas) yang pada akhirnya dapat mendorong stabilitas nilai tukar rupiah.

Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada Jumat (29/6/2018) menyebutkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada posisi Rp14.404 per dolar AS. Secara tahun berjalan, rupiah sudah melemah 5,72% (year to date/ytd).

"Dengan kenaikan ini, kami melihat daya saing pasar domestik khususnya SBN, akan menambah inflow, real interest rate kita menjadi punya daya saing," paparnya.

Perry menekankan, kenaikan bunga acuan hingga 50 basis poin ini murni karena langkah antisipasi untuk membendung tekanan eksternal. Ia menekankan tidak ada faktor tekanan dari domestik karena laju inflasi hingga Mei 2018 yang semakin terkendali di 3,23% (yoy).

Tekanan eskternal, antara lain, bersumber dari rencana empat kali kenaikan suku bunga Federal Reserve, Bank Sentral AS, dan rencana normalisasi Bank Sentral Eropa pada September 2018, serta tekanan dari memanasnya perang dagang China dan AS.

"Jadi, pertimbangannya benar lebih karena faktor eksternal, bukan karena domestik inflasi," tandasnya.

Perry mengungkapkan arah kebijakan moneter BI ke depan adalah "hawkish" atau cenderung ke arah kebijakan moneter yang berani.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: