Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wakil Ketua DPR: Jaga Rupiah dengan Perkuat Fundamental

Wakil Ketua DPR: Jaga Rupiah dengan Perkuat Fundamental Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan menyatakan pemerintah perlu memperkuat fundamental perekonomian nasional dalam menghadapi kondisi pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Fundamental ekonomi kita harus diperkuat agar mampu menahan kuatnya dolar AS," kata Taufik Kurniawan dalam rilis di Jakarta, Sabtu (30/6/2018).

Menurut Taufik, dengan kebijakan yang mengarahkan kepada penguatan fundamental ekonomi, maka rupiah juga diharapkan bisa kembali menguat.

Politisi PAN itu mengemukakan, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus siaga menghadapi pelemahan rupiah ini serta tidak bisa menilai bahwa pelemahan itu adalah sesuatu yang berlangsung sebagai normal atau hanya berlangsung secara musiman.

"Pelemahan ini jangan terus-terusan dianggap hal yang normal," ucapnya.

Ia juga mengatakan, manfaat dari penguatan fundamental ekonomi juga akan memunculkan serta meningkatkan kepercayaan dari berbagai pihak pemangku kepentingan dan kalangan investor.

Dengan kepercayaan dari investor, lanjutnya, aliran dana keluar juga dapat diredam.

Taufik juga mengingatkan bahwa dampak dari melemahnya rupiah antara lain juga terkait dengan beban pembayaran utang sehingga perlu benar-benar diwaspadai.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyambut baik kenaikan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate", hingga 50 basis poin menjadi 5,25%, sebagai langkah antisipasi untuk membendung tekanan global.

"Kalau soal harus naik, semua orang sudah tahu. Tidak ada cara lain. Tidak naik, ketinggalan. Orang lain naik, itu akan membuat 'capital flight'. Kami sambut apa yang dilakukan BI," kata Darmin di Jakarta, Jumat (29/6).

Darmin meyakini kenaikan suku bunga acuan tersebut untuk merespons berbagai perkembangan dunia saat ini mulai dari kenaikan suku bunga The Fed, potensi perang dagang dan kondisi geopolitik terkini.

Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" hingga 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur 28-29 Juni 2018.

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers RDG di Jakarta, Jumat (29/6), mengatakan bahwa langkah itu diambil untuk membendung tekanan ekonomi eksternal terhadap perekonomian domestik, termasuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Ini kebijakan moneter lanjutan yang 'pre-emptive' (antisipatif), ahead of the curve' (selangkah lebih maju) dan front loading," katanya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: