Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

3 Kunci Sukses Membangun Bisnis Kuliner

Oleh: Rex Marindo, Founder Nasi Goreng Mafia dan Warunk Upnormal

3 Kunci Sukses Membangun Bisnis Kuliner Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mas Rex, apa bisnis kuliner yang potensial untuk digarap? Saya ingin mencoba peruntungan di bisnis kuliner nih mas.

Ini pertanyaan yang sangat sering ditanyakan kepada saya oleh teman-teman yang tertarik untuk terjun ke dalam bisnis kuliner. Mungkin, karena saya orang kuliner atau memang jika ingin memulai bisnis sepertinya sektor kuliner agak lebih mudah dimasuki dan cukup menjanjikan. Nah terkait pertanyaan di atas, saya jadi terpikir untuk menuliskan jawaban tersebut sehingga mudah bagi siapapun yang ingin mengetahui dan mendapatan pengetahuan secara gamblang.

Jadi, apa bisnis kuliner yang potensial dan punya peluang besar untuk digarap? Apa bisnis kuliner yang cukup menjanjikan untuk bisa menjadi tumpuan bagi kita yang memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha kuliner?

Sebelum menjabarkan poin-poin kunci, saya perlu menjelaskan bahwa it is not easy world. Dunia usaha termasuk di dalamnya sektor kuliner bukanlah golden tickets bagi kita untuk bisa sukses karena banyak sekali tantangan, masalah, dan risiko untuk gagal. So saran saya, jika sudah melihat peluang (what) maka kita perlu membekali diri dengan (how)-nya. Ok let's go.

1. Pasarnya Besar

Ini kunci pertama, apalagi kamu seorang pemula di bisnis kuliner. Pastikan pasarnya besar, saya tidak menyarankan untuk bertaruh di bisnis yang niche atau sangat tersegmen.

"Wah tapi mas kalo pasarnya besar, pemainnya juga banyak dong?" Pastinya, karena itu balik lagi bisnis butuh ilmu. Kalau mengerti ilmu marketing misalnya, bagaimana menciptakan kategori produk baru, membangun diferensiasi yang kuat, tentu kita punya peluang untuk bisa berhasil.

Ketika saya membangun Warunk Upnormal pada tahun 2014, tidak ada warung indomie dengan gaya kafe seperti Starbucks, wifi kencang, serta colokan listrik banyak dengan sentuhan modern dalam pengelolaan. Kemudian wajah sektor ini berubah total dengan kehadiran Warunk Upnormal. Bisa lihat poinnya? Yes, pasar besar. Siapa di Indonesia yang tidak makan Indomie? Tapi, dengan ilmu kita bisa membuat perbedaan bukan?

Nah, sekarang saya tanya, sate, warteg, pecel, soto, siomay memiliki pasar besar atau tidak? Ayo, ini artinya peluang bukan?

2. Feasible

Feasible ini artinya kita harus kembali mengukur potensi diri sendiri dan disesuaikan dengan peluang pasar agar bisnis kuliner tersebut bisa dijalankan. Misal kalau modal masih di kisaran Rp50 juta maka buatlah konsep bisnis yang kuat dengan anggaran kurang lebih Rp50 juta, kecuali Anda mengajak investor. Hanya saja, saran saya sebaiknya kerjakan bisnis pertama Anda sendiri sehingga tidak akan ada banyak beban.

"Wah berat bersaing dong mas nanti, keburu dicontek orang". Nah, ini kembali lagi kita harus memiliki ilmu, yakni ilmu manajemen. Saya pertama kali memulai bisnis kuliner pada tahun 2013 dengan modal Rp100 juta. Dari mana saya mendapat uang? Dari urunan dengan teman-teman. Artinya, lebih baik bisnis bareng jika kita tidak cukup kuat modal.

Asalkan, jangan menggunakan utang apalagi dengan tambahan bunga. Sebaiknya cari yang berkah-berkah saja. Saya memiliki teman yang memulai bisnis cilok dengan modal Rp30 juta dan sekarang sudah menjadi jutawan dengan profit puluhan juta per bulan. Satu hal yang menjamin keberhasilan bisnis itu bukan uang, tapi ilmu. So, dengan modal awal sebesar Rp50 juta, buat warung soto atau warung tegal masih masuk akal dong.

3. Infrastuktur Pendukung

Apa sih infrastruktur yang dimaksud? Bisa apa saja, asal mendukung bisnis yang sedang dijalankan. Contoh ekstrem seperti ini, jika kita ingin membuka bisnis "Swike, Kodok Goreng" memang gampang mencari bahan baku? Memang mudah mencari karyawan yang bersedia memasak kodok? Nah, ini namanya infrastruktur tidak mendukung, cari bisnis kok ribet-tibet amat.

Coba kalau membuka warung soto, apa yang susah dicari dari sisi bahan baku? Ayam, sayur, rempah, apapun ada di pasar. Kemudian susah atau tidak mencari karyawan? Lah wong tinggal mencelup-celup dan memasak kok, kasih SOP lalu selesai. Nah, artinya ketika ingin berbisnis kuliner maka penting bagi kita untuk memastikan infrastruktur pendukung sehingga tidak terjadi masalah ke depannya.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: