Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenaikan Suku Bunga 'Obat' Sementara Atasi Gejolak Rupiah

Kenaikan Suku Bunga 'Obat' Sementara Atasi Gejolak Rupiah Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kenaikan suku bunga acuan atau BI-7 Days Reverse Repo Rate yang dilakukan Bank Indonesia (BI) merupakan "obat" sementara atas volatilitas rupiah yang sudah di luar batas.

Peneliti Indef, Eko Listianto, mengatakan, dampak dari kenaikan suku bunga acuan ini belum tentu menghentikan pelemahan rupiah. Oleh karena itu, BI dan pemerintah tidak boleh lengah.

"Setelah kenaikan bunga acuan ini harus ada kebijakan yang langsung mengarah kepada kebijakan pada perbaikan fundamental ekonomi, terutama sektor riil dan perbaikan transaksi berjalan," kata Eko dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Eko menilai penyebab utama depresiasi rupiah saat ini bersumber dari faktor fundamental ekonomi yag rentan dari gejolak eksternal. Salah satu sumber "penyakit" loyonya rupiah adalah defisit transaksi berjalan.

"Oleh karena itu, harus ada upaya yang sangat serius dari pemerintah untuk dapat mengakhiri defisit ini. Jika upaya menggejot ekspor masih sulit dilakukan maka konsekuensinya adalah sekuat tenaga mengurangi impor dan mensubstitusinya dengan produk domestik," papar dia.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps juga menjadi 6%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: