Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Mulai Stabil, tapi Sampai Kapan?

Rupiah Mulai Stabil, tapi Sampai Kapan? Kredit Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rupiah mulai stabil karena apresiasi dolar AS berkurang. Walau rupiah berpotensi terus menguat karena aksi ambil untung dolar, kenaikan kurs rupiah sepertinya akan dibatasi oleh sejumlah faktor eksternal. Masalah perang perdagangan global masih sangat mengganggu sentimen dan membuat pasar menghindari risiko.

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, menuturkan, karena itu, mata uang pasar berkembang termasuk rupiah mungkin akan terus tertekan. Perlu dicatat pula bahwa faktor penggerak fundamental di balik apresiasi dolar yang agresif masih terus ada.

"Koreksi teknikal yang saat ini dialami dolar dapat memberi peluang baru bagi investor untuk mengangkat harga lebih tinggi lagi," tutur Lukman dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (4/7/2018).

Menurut Lukman, perhatian pasar akan tertuju pada notulen rapat FOMC dan data NFP ADP yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari Rabu dan dapat memberi isyarat baru mengenai waktu kenaikan suku bunga AS tahun ini.

"Dolar berpotensi memantul apabila notulen FOMC lebih hawkish dari yang diperkirakan. Apresiasi dolar tentu akan semakin memukul rupiah," imbuh Lukman.

Sementara itu, Lukman menuturkan harga minyak naik karena geopolitik. Faktor risiko geopolitik sangat dicurigai memegang peran signifikan di balik apresiasi harga minyak yang agresif selama beberapa bulan belakangan.

Penurunan produksi Venezuela, penangguhan ekspor minyak Libya, dan ekspektasi penurunan pasokan dari Iran pascasanksi AS memicu spekulasi penurunan pasokan minyak global. Walaupun harga minyak mungkin menguat di jangka pendek, prospek kenaikan produksi OPEC dapat menghalangi bulls.

"Kita perlu mengetahui bahwa produksi minyak serpih AS telah melonjak ke rekor level tertinggi, sedangkan permintaan terancam menurun karena ketegangan perdagangan global. Kekhawatiran oversuplai yang masih berlanjut, kenaikan produksi dari OPEC+1 dan minyak serpih AS, serta masalah perang perdagangan dapat berpengaruh negatif pada harga minyak," urai Lukman.

Dari aspek teknis, WTI tetap bullish di grafik harian. Breakout tegas di atas $75 dapat mendorong peningkatan harga menuju $76.15.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: