Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kerja di Bukalapak Tidak Nyaman

Kerja di Bukalapak Tidak Nyaman Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Success is lousy teacher, kata Founder Microsoft, Bill Gates. Karena kalau sukses kita akan merasa nyaman dan superior dibandingkan dengan orang lain. Akibatnya, kita akan lengah dan suatu saat kompetitor akan menyalip kita.

Hal inilah yang ditakutkan CEO dan Founder Bukalapak, Achmad Zaky. "Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa para karyawan tidak boleh merasa nyaman. Mereka harus selalu punya perasaan dalam start-up yang setiap saat terancam tutup," ujarnya dalam sebuah acara Halal Bi Halal dengan sejumlah pemimpin redaksi dan editor di Jakarta, belum lama ini. Maklum, saat ini Bukalapak sudah mendapat predikat Unicorn yang berarti valuasinya sudah mencapai US$1 miliar.

Kalau tahun lalu jumlah karyawan Bukalapak baru sebanyak 700 orang, saat ini telah mencapai 1.600 orang. Dengan jumlah karyawan besar tersebut, Achmad Zaky tidak membiarkan para karyawan berada dalam zona nyaman (comfort zone). Menurutnya, jika karyawan yang sudah terlanjur dalam posisi nyaman maka akan menghasilkan Bukalapak yang kurang inovatif. Maka ia berupaya terus mendorong karyawan untuk selalu kreatif dan berinovasi. Lalu, apa yang dilakukan agar situasi ini tercapai?

"Kami terus menantang diri sendiri dengan menciptakan produk-produk baru dan memperluas produk yang ada," jawabnya.

Atau, dalam bahasa zaman now adalah menjadi super apps. Menurut dia, saat ini misalnya terbuka kemungkinan untuk membuka fintech karena pihaknya bisa mengetahui perilaku konsumen. "Sehingga ada lembaga keuangan yang ingin memanfaatkan data-data tersebut," ujarnya.

Masalahnya, bagaimana supaya bisa fokus? Maklum, perusahaan-perusahaan besar seringkali tergoda untuk ekspansi berlebihan yang ujung-ujungnya malah kurang fokus. "Oh, jangan khawatir, kami mempunyai rumus yang meniru Google," jawab Zaky.

Menurut dia, ada rumus yang disebutnya 90-9-1. Ini artinya, Bukalapak mengeluarkan 90% tenaganya dalam menggarap proyek yang berhubungan dengan bisnis inti. Selain itu, sebesar 9% tenaga tim Bukalapak akan akan diupayakan untuk mengerjakan proyek lain, tetapi masih berhubungan dengan bisnis inti. Kemudian 1% tenaga lainnya dipakai untuk mengerjakan proyek yang tidak berhubungan sama sekali dengan core business.

"Sebagai contoh proyek yang tak berhubungan dengan bisnis inti, yakni terdapat fitur BukaNonton, seperti layanan streaming video hiburan tanpa koneksi internet," ujarnya.

Zaky menuturkan e-commerce tetap jadi core business sedangkan produk lain hanya sebagai substitusi. Upaya tersebut dilakukan sebagai langkah Bukalapak dalam mengerjakan proyek yang tidak berhubungan dengan perdagangan sebagai upaya mencari peluang lain di tengah persaingan e-commerce saat ini.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: