Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jantung Indika Energy Ada di Kideco

Jantung Indika Energy Ada di Kideco Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menyebut nama PT Indika Energy Tbk, asosiasi publik langsung tertuju sebagai perusahaan penambang batu bara. Itu tidaklah keliru karena memang batu baru merupakan core business dari perusahaan yang didirikan pada 2000 oleh tiga serangkai: Arsjad Rasjid, Wishnu Wardhana, dan Agus Lasmono. Ketiganya merupakan alumni Pepperdine University, California.

Sejatinya, Indika Energy memiliki tiga core business, yakni sumber daya energi, jasa energi, dan infrastruktur energi. Tiga garapan bisnis tersebut menjadikan Indika Energy sebagai perusahaan energi batu bara terintegrasi. Meski sudah memiliki tiga bisnis garapan, 80% pendapatan perusahaan masih bersumber dari batu bara. 

Lahan tambang batu bara Indika terletak di Kalimantan Timur yang dikelola PT Kideco Jaya Agung dengan kandungan deposit 651 juta ton. Pada 1990-an, Kideco mulai menambang batu bara untuk pertama kali dengan tingkat produksi 3 juta ton batu bara. Angka produksi itu terus meningkat ke level 18 juta ton pada 2000-an.

Dengan tingkat produksi yang terus meningkat, Indika Energy mulai kepincut untuk mencicipi legitnya bisnis ‘emas hitam’ ini. Pada 2004, 41% saham Kideco pun dibeli. Tingkat produksi Kideco meningkat hingga mencapai 35 juta ton saat ini. Dengan prestasi ini, Kideco menjadi produsen tambang batu bara terbesar ketiga di Indonesia.

Memasuki periode 2012—2016, masa 'gelap' bisnis batu bara berlangsung. Harga bergejolak bak roller coaster dari US$102 per ton (2011), anjlok ke US$32 ton, lalu merangkak lagi jadi US$80 per ton pada 2017. Periode masa gelap itu sudah barang tentu bikin pemain tambang batu bara di dalam dan luar negeri babak belur, termasuk Indika Energy. 

Akan tetapi, situasi itu tak menyurutkan Indika Energy untuk bergelut di bisnis batu bara. Pada 22 September 2017, perusahaan justru menambah kepemilikan saham di Kideco sebesar 45% dengan membeli dari Samtan Co Ltd dan PT Muji Inti Utama dengan nilai US$677,5 juta. Penambahan saham ini menjadikan Indika Energy sebagai pemegang saham mayoritas (91%) di Kideco.

Di luar Kideco, Indika juga memiliki dua perusahaan tambang batu bara lagi, yakni PT Mitra Energi Agung dan PT Santan Batubara yang lokasi tambang keduanya berada di Kalimantan Timur.

Selain itu, perusahaan juga memiliki 85% saham di PT Multi Tambangjaya Utama yang merupakan perusahaan pertambangan cooking coal di Kalimantan Tengah. Di bisnis sumber daya energi ini, Indika Energy masih memiliki dua anak perusahaan lagi, yakni PT Indika Inti Corporindo dan PT Indika Capital Investment Pte Ltd. Kedua perusahaan tersebut menggarap perdagangan batu bara dalam dan luar negeri.

Menurut perkiraan Arsjad Rasjid, kurun 10—20 tahun ke depan, batu bara masih memainkan peran penting sebagai sumber energi murah (cheap energy) untuk pembangkit tenaga listrik di kawasan Asia. Meski begitu, Direktur Utama Indika Energy ini tak menampik pula adanya pergeseran untuk mencari alternatif sumber energi terbarukan (renewable energy), seperti panas matahari (solar), air (hydro), dan angin (wind). Dari membaca tanda-tanda zaman inilah, ia menyiapkan ekspansi bisnis non-batu bara untuk dijadikan jantung baru perusahaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Heriyanto Lingga
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: