Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investor Abaikan Isu Perang Dagang, Rupiah Menguat

Investor Abaikan Isu Perang Dagang, Rupiah Menguat Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rupiah memasuki pekan perdagangan baru dengan positif karena dolar AS melemah. Perhatian investor akan tertuju pada data penjualan ritel Indonesia yang dijadwalkan untuk dirilis di hari Rabu.

Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed, menuturkan, data penjualan bulan Mei bisa memberi wawasan baru mengenai keadaan ekonomi Indonesia. Jika data aktual lebih besar dari proyeksi pasar yaitu 4.4% maka rupiah berpotensi semakin menguat. Ketegangan dagang mendominasi tajuk utama pekan lalu, namun investor Wall Street mengabaikan isu perang dagang dan menyambut gembira laporan lapangan kerja Amerika Serikat.

"213000 lapangan kerja baru dibuka di ekonomi AS di bulan Juni, jauh melampaui proyeksi 195000. Sementara itu, data Mei ditingkatkan dari 223000 menjadi 244000," tutur Hussein dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (10/7/2018).

Menurut Hussein, pertumbuhan upah sedikit lebih rendah dari ekspektasi 2,8% YoY yaitu 2,7%. Walau demikian, pertumbuhan lapangan kerja yang baik dan rendahnya inflasi upah adalah kombinasi positif untuk saham karena alasan sederhana. Pertumbuhan lapangan kerja yang baik mencerminkan kekuatan ekonomi, inflasi upah yang rendah memberi fleksibilitas ekstra untuk Federal Reserve untuk memperketat kebijakan.

"Keadaan positif bisa terhenti kapan saja apabila investor yakin bahwa ketegangan dagang bergerak ke arah yang mengkhawatirkan. Sejauh ini, AS telah memberlakukan tarif US$34 miliar untuk impor dari China, begitu pula China terhadap impor AS," urai Hussein.

Hussein menuturkan tahap ini jelas sudah terefleksikan pada harga. Meninjau kinerja saham Asia hari ini, investor sepertinya tidak berpendapat bahwa perang dagang akan terjadi. Walau begitu, Presiden Trump sulit ditebak sehingga momentum naik ini sepertinya akan terbatas, terutama untuk saham siklikal, hingga ada kejelasan mengenai isu perdagangan.

Di pasar FX, Indeks Dolar merosot ke level terendah sejak 14 Juni, yaitu di bawah 94 karena pertumbuhan upah yang stagnan. Trader perlu memantau rilis Indeks Harga Konsumen AS di hari Jumat yang diperkirakan akan meningkat 2.9% YoY yang merupakan peningkatan tahunan terbesar sejak Februari 2012.

"Apabila IHK melampaui acuan 3%, maka dolar berpotensi sangat menguat karena ini berarti Fed tidak memiliki pilihan selain semakin memperketat kebijakan," imbuh Hussein.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: