Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masalah = Solusi = Bisnis

Oleh: Rex Marindo, Founder Nasi Goreng Mafia dan Warunk Upnormal

Masalah = Solusi = Bisnis Kredit Foto: Reuters/Beawiharta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masalah adalah sumber utama ide bisnis yang potensial sejauh tersedia solusi untuk masalah tersebut.

Ada beberapa common things yang sangat penting diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membangun sebuah bisnis. Sangat tidak disarankan ketika kita memutuskan untuk membangun sebuah bisnis hanya didasarkan pada karena "saya suka", "sepertinya oke", "cocok nih dengan passion saya", "lagi ada modal nih, jadi mumpung", atau "kepepet banget, mau tidak mau harus".

Gaya berbisnis seperti di atas, punya kencenderungan akan membuat kita sulit menjalankan bisnis dan tidak menguasai kondisi serta kemampuan yang dibutuhkan. Alhasil, hal tersebut akan membuat bisnis sulit berkembang, modal terlanjur habis atau lebih buruk bisnis jalan tapi terus merugi. Boro-boro bicara menjadikan bisnis lebih besar dengan profit besar, sekedar untuk menggaji karyawan dan operasional day to day saja mungkin harus utang sana-sini. Gestun, gali lubang tutup lubang sampai menggunakan dana pinjaman tambahan dari bank atau sejenisnya.

Bukannya wajar Mas Rex hal tersebut untuk setiap pemula bisnis? Betul wajar karena biasanya kita melakukan common mistake yang sama, apakah ada yang berbisnis tidak melalui hal tersebut? Pasti ada, tentu ada challenge tapi biasanya akan lebih terkait dengan growth business bukan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dialami jika sejak awal melakukan bisnis dengan tuntunan yang tepat.

Contoh, saat memutuskan untuk berbisnis ketika belum lulus kuliah dan karena begitu cinta terhadap dunia marketing, saya memutuskan untuk menjadi konsultan marketing dan advertising. Hasilnya, delapan tahun berakhir dengan menumpuk utang biarpun klien banyak. Bingung juga saya kalau ditanya kok bisa bertahan? Finally, akhirnya saya melakukan pivot ke bisnis kuliner dan menjadikan delapan tahun lebih sebagai kuliah "Harvard".

Kenapa bisa demikian? Karena ketika memutuskan terjun ke dalam bisnis alasannya sangat sederhana passion, pasar? Waduh kira-kira saja kayaknya banyak, berapa besar? Besar kali yah, memang orang butuh? Yah pastilah siapa sih yang tidak butuh konsultan? Get my point?

Jadi apa saja yang perlu diperhatikan ketika memutuskan untuk membangun dan menekuni bisnis sehingga kita dapat membangun bisnis yang lebih menjanjikan tanpa harus melakukan common mistake yang biasa dilakukan oleh pebisnis "Oke, kita bahas singkat beberapa poin.

1. Does it solve a problem?

Ini pertanyaan yang sangat penting ketika memutuskan untuk membangun sebuah bisnis, solusi apa yang ingin ditawarkan kepada konsumen? Kemudian apakah konsumen betul-betul membutuhkan solusi tersebut?

Dalam hal ini, ketika memutuskan untuk meluncurkan atau memasuki sebuah bisnis kita mendasari keputusan pada sebuah masalah terlebih dahulu yang tentu membutuhkan solusi. Ambil contoh Go-Jek, apa masalah banyak orang selama ini?

Susah kalau mencari ojek karena harus ke pangkalan dulu. Mahal karena suka seenak-enaknya kalau memberi harga, apalagi ngantor di daerah Sudirman. Kalau lagi jam penuh, susah mencari ojek. Mau disuruh beli makanan? Mana mau tukang ojeknya, kalaupun mau dihitung rute bolak-balik.

Mau disuruh antar makanan kerja sama? Susah, lebih senang mangkal si abang mah (curcol pemilik kuliner sebelum Go-Food muncul).

Dari sini Go-Jek muncul dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah di atas dengan memanfaatkan teknologi apps. Pertanyaan sekarang jika kamu ingin berbinis, your business idea, does it solve a problem?

2. How About the Market?

Pertanyaan kedua setelah yakin bahwa apa yang kita akan bangun memberikan solusi kepada konsumen adalah berapa besar konsumen yang membutuhkan solusi tersebut? Hal ini tentu saja terkait apa bisnis yang akan dijalankan ini feasible atau tidak dari sisi pendapatan. Kalau feasible tentu worthy untuk dijalankan, jika tidak tentu sebaiknya tidak perlu susah payah untuk mengeksekusi bisnis tersebut.

Sebagai contoh, berapa banyak UKM yang butuh design, baik itu logo, flyer, brosur, sign, dan sebagainya?Seluruh Indonesia, buanyakkk mas. Nah masalahnya, berapa banyak designer yang betul-betul cocok dengan apa yang kita inginkan? Ini baru ngomong selera, kalau udah ngomong kualitas wah semakin ribet mencarinya. Belum lagi harganya yang kadang tidak terjangkau oleh UKM, lalu bagaimana kalau bisnis Anda ada di daerah-daerah kecamatan, desa, atau kabupaten? Bagaimana caranya agar bisa mengakses kebutuhan tersebut? Nah, masalah kan. Solusinya Sribu.com. Market-nya, seluruh Indonesia baik individu maupun perusahaan yang membutuhkan design dengan banyak alternatif, cepat, dan harga terjangkau.

Masalah: akses designer, quantity, kualitas, harga, speed. Solusi: Sribu.com. Speed cepat, quantity banyak pilihan, kualitas relatiflah, akses gampang, harga bersahabat. Pasar: seluruh Indonesia. Simpulan, feasible buat dijadikan bisnis, eksekusi.

3. Will They Pay for Good Price?

Hal ketiga setelah dua poin di atas adalah: apakah market mau membayar untuk solusi yang kita berikan tersebut? Go-Food, solusi dengan market yang sangat besar sejauh ada ojek, konsumen rela membayar biaya untuk order dengan harga yang lumayan besar bahkan kadang lebih mahal membayar Go-Food plus tips daripada harga makanan itu sendiri. But, we are willing to pay right? Yeah, that's a business, worth to execute.

Contoh kedua, design, banyak yang butuh solusi bisa dapat alternatif beragam, cepat dalam hitungan hari, dan juga market tersebar di seluruh Indonesia. Lantas, apakah market tersebut rela membayar untuk layanan seperti Sribu.com? Kamu jawab sendiri deh kalau sudah mencoba, tapi yang pasti saya salah satu pelanggan tetap. Yes, i will pay that cost for kinds of their solution.

4. The Solution and Problem, Does it Continue?

Nah, ini juga perlu diperhatikan bahwa bisnis yang kita bangun merupakan solusi terhadap sebuah masalah yang memang tidak akan pernah beres. Kecuali, kita mengejar momen, misal dalam 3-5 tahun off setelah dapat untung yang lumayan untuk pensiun. Contoh, rumah sakit, solusi untuk masalah orang sakit kan? Nah, masalah sakit ini apakah pernah selesai? Artinya, bisnis ini sangat bagus karena solusi dan masalah tidak akan pernah ada habisnya, seperti halnya pendidikan, kuliner, dan lain-lain.

Hanya saja jangan terjebak dengan paradigma lama, solusi dan masalah mungkin saja sama, tapi apa yang menjadi faktor-faktor penunjangnya mungkin berubah dari waktu ke waktu dengan perkembangan teknologi, media, dan hal-hal lain di sekitar bisnis tersebut.

5. How about other Provider?

Terakhir yang perlu dilihat dulu sebelum terjun ke sebuah bisnis adalah apakah sudah ada kompetitor sejenis yang bermain di daerah tersebut? Artinya apa? Jika ingin masuk ke dalam bisnis tersebut, siapkan solusi yang punya diferensiasi sehingga konsumen akan lebih memilih solusi yang kita tawarkan daripada yang kompetitor tawarkan.

Solusi yang ditawarkan bisa saja sama, tetapi cara kita menawarkan dan benefit harus betul-betul dikaji dan distrategikan sehingga pilihan konsumen pada akhirnya jatuh pada solusi yang kita berikan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: