Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wimboh Santoso: Tenang, Dolar Akan di Bawah Rp14 Ribu

Wimboh Santoso: Tenang, Dolar Akan di Bawah Rp14 Ribu Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kebijakan The Fed memang dahsyat. Kini rupiah sedang habis-habisan bertahan agar kursnya terhadap USD tidak terus melemah. Ini memang terjadi di seluruh dunia.

"Indonesia bukan yang terburuk terkena dampak ini," ujar Ketua Dewan Komisioner Otoratis Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, dalam acara Halal Bi Halal dengan para pimpinan media, Rabu (11/7/2018) lalu, di kantor OJK, Jakarta.

Sebenarnya, kata Wimboh, dampak dari langkah The Fed ini sangat mudah diprediksi. Hal ini dikarenakan The Fed sudah dari jauh hari mengumumkan langkah-langkah yang akan diambilnya.

"Bahkan, satu bulan sebelum The Fed memiliki rencana ini, pasar sudah menerima. Jadi, tidak behind the door," jelasnya.

Maka dari itu, dengan isyarat yang terang-benderang ini, dampaknya juga sudah bisa diprediksikan.

"Nah, ini apa yang dilakukan, mungkin kita sudah tahu semua di media bagaimana bank di seluruh dunia merespons tentang kenaikan suku bunga," lanjut Wimboh.

Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate tiga kali dan kemungkinan besar akan mengalami kenaikan lagi. Tetapi, imbuhnya, semuanya masih tergantung respons pasar. Hal ini dikarenakan, yang penting bagi pasar adalah imbal hasil yang lebih tinggi.

Wimboh pun menekankan bahwa yang harus diperhatikan adalah langkah BI tersebut bukan berarti meng-counter kenaikan suku bunga.

"Tapi, harus dibaca sebagai upaya untuk mengelola cash flow," ujarnya.

Dengan begitu, lanjutnya, langkah tersebut harus dibaca sebagai upaya menjaga agar pasar tidak kaget.

"Bahwa investor asing waktu masuk itu memang sudah confirm yakni portofolio. Yang paling banyak itu adalah investor portofolio, di mana sewaktu-waktu bisa pergi," tambahnya.

Wimboh juga memastikan bahwa ekonomi Indonesia sebenarnya dalam keadaan baik-baik saja.

"Return di luar Indonesia itu sangat kecil jika dibandingkan dengan di sini. Bagaimana dia dapat menahan cukup lama investasi dengan yield yang cukup rendah? Dan memang tidak semua di portfolio dan memang hanya sebagian di portfolio dari portfolio global yang dia punya ilmu portfolionya itu sebagian harus dimasukkan. Kalau semakin lama dia ditahan maka akan membuat suku bunga cukup rendah," papar Wimboh. 

Ia pun meminta masyarakat untuk menunggu waktu kembalinya uang tersebut.

"Pengalaman kita dari 2008, kita sama mengalami kayak gini. Saya sampai taruhan sama teman-teman waktu itu indeksnya di bawah 1.950. Kita taruhan siapa yang punya duit, taruh di saham dalam waktu 1 bulan pasti balik dan berlipat. Benar saja, dalam waktu sebulan sudah nembus jadi ke atas, dalam waktu yang relatif pendek. Ini yang very clear dia enggak akan lama di sana. Bayangkan saja, kita tawarkan yield 7%, di luar yield di bawah 3% sehingga selisihnya 4%," cerita Wimboh panjang lebar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa USD pada akhirnya akan kembali ke nilai fundamentalnya. Berapa?

"Yah, memang masih akan kalau ada guncangan-guncangan. Tapi, saya kira akan balik di bawah 14 ribu.  Aamiin," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhamad Ihsan
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: