Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penuhi Pasar Ekspor, Petani Jenitri di Kebumen Kaya Mendadak

Penuhi Pasar Ekspor, Petani Jenitri di Kebumen Kaya Mendadak Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Siapa sangka kalau Rudraksha biji yang dianggap berasal dari tetesan air mata Dewa Siwa bagi umat Hindu ternyata banyak terdapat di Indonesia. Biji tanaman yang di Indonesia disebut dengan Jenitri ini banyak ditemui di hampir semua pulau di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga Papua. Kabarnya, 80% kebutuhan Rudraksha di dunia dipasok dari Indonesia. 

Dari beberapa daerah tersebut, biji Jenitri yang paling terkenal berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Daerah yang sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan ini mayoritas ditanami pohon Jenitri. Bahkan, pekarangan rumah warga juga sudah dijadikan lahan untuk menanam buah ini. 

Tanaman yang memiliki siklus panen setengah tahun sekali ini biasanya akan dipanen pada bulan Juli hingga Desember. Pada bulan tersebut, pembeli dari India, Nepal, Bangladesh hingga China berdatangan untuk mendapatkan biji Rudraksha. 

Puji Wahyono, salah seorang petani Jenitri di Desa Kawedusan, mengatakan, banyaknya permintaan biji Rudraksha yang terjadi setiap panen ini membuat masyarakat di sana banyak yang kaya mendadak. Sebab sekali panen dengan hasil ratusan kilo Jenitri petani bisa mengantongi uang hingga puluhan juta rupiah. 

“Bahkan ada pembeli dari India yang berani membeli buah yang masih di atas pohon, mereka sudah tahu kalau bijinya bakal bagus, satu pohon ada yang dibeli Rp1 miliar,” ungkap Puji Wahyono. 

Setiap biji Rudraksha sangat bervariasi harganya, ada satu biji yang yang dihargai Rp25 rupiah, tapi ada juga yang dihargai hingga piluhan juta rupiah. Variasi harga ditentukan oleh beberapa kriteria, seperti jenis biji, ukuran biji, garis atau mukhis, semakin kelihatan atau semakin dalam semakin mahal, daging lebih tebal semakin tebal semakin mahal. 

Jenitri memiliki banyak variasi mukhis antara 1 hingga 30, rata-rata Jenitri memiliki 1-8 mukhis, semakin banyak semakin langka, semakin mahal harganya. Untuk Jenitri dengan 4 mukhis dengan diameter 5,5 mili dihargai Rp1-1,5 juta per kilo. Jenitri dengan mukhis 4-9 dengan Rp1,5 juta per kilo. Sedangkan untuk Jenitri dengan mukhis 8-10 sempat dihargai Rp3 juta per biji, 11-15 mukhis Rp10 juta per biji, dan 16-21 mukhis mencapai Rp17-19 juta per biji. 

Dari beberapa negara pembeli, China paling berani membeli dengan harga tinggi, namun dengan produk yang benar-benar bagus dan biji-biji yang unik dan langka, seperti memiliki mukhis yang banyak. Untuk Nepal, India, dan Bangladesh cenderung membeli dengan harga yang lebih murah untuk biji yang tidak terlalu bagus, namun dalam jumlah yang banyak. 

Naik turunnya harga Jenitri dipengaruhi oleh permintaan untuk jenis tertentu. Tahun 2014-2015 untuk jenis Medana dengan Mukhis 10 dihargai Rp150 ribu per butir. Namun, karena perubahan selera dan permintaan jenis dan motif Jenitri, harga Jenitri Medana saat ini hanya dihargai Rp150 per butir. 

Setelah jenis Medana, Jenitri jenis Blitar diminati oleh pasar. Untuk KW-1 dihargai Rp20 juta per kalung dengan isi 114 biji, dan untuk KW-3 Blitar dihargai hingga Rp60 ribu per butir. Hingga saat ini permintaan pasar masih untuk Jenis Blitar, harga masih bertahan Rp15 ribu hingga Rp60 ribu per butir. 

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: