Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kopi, Melbourne, Idealisme, dan Industrialisasi

Oleh: Rex Marindo, Founder Nasi Goreng Mafia dan Warunk Upnormal

Kopi, Melbourne, Idealisme, dan Industrialisasi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jika ingin melihat idealisme dan kualitas bersatu di dalam kopi, pergilah ke Melbourne.

Di satu hari masuk kalimat tersebut di FB Messenger saya dari seorang sahabat di Melbourbe. Mungkin, karena saya sangat sering mem-posting tentang kopi di Warunk Upnormal sehingga dia terpikir untuk memberikan informasi tersebut.

Warunk Upnormal memang sangat identik sebagai tempat nongkrong asyik dengan senjata andalan berupa variasi Indomie yang khas. Namun, tidak banyak yang tahu jika idealisme soal kopi juga tumbuh di kalangan owner.

Jadi, jangan kaget kalau saya memberitahu bahwa biarpun cuma kelas warung, namun kopi yang ada di-roasting sendiri dengan menggunakan mesin Probat Jerman seharga mobil mewah. Bahkan, mesin-mesin espresso yang digunakan di beberapa outlet sudah memakai Black Eagle seharga total kurang lebih Rp200 juta per mesin. Belum lagi bean-nya didatangkan langsung dari petani kopi yang menjual grade terbaik. Hebatnya, semua itu ada di warung Indomie.

Nah, pada bulan lalu kebetulan sekali saya mendapatkan kabar ada pameran kopi di Melbourne. Berbekal rasa ingin tahu yang besar soal idealisme dan kualitas di Melbourne akhirnya kita memutuskan untuk menjelajah Australia. Ini perjalan kedua ke "pusat kopi dunia" setelah sebelumnya tim Warunk Upnormal melakukan perjalanan ke Italia demi membangun knowledge untuk dapat digunakan membangun industri kopi di Indonesia dan bisnis warunk upnormal tentunya.

Idealisme

Sebetulnya, saya kurang paham apa yang dimaksud dengan idealisme. Akan tetapi, dari beberapa tempat yang saya datangi di Melbourne aura ini memang sangat terasa. Pemilihan biji-biji kopi kelas dunia seperti dari Kenya, Ethiopia, Honduras, Kolombia, Indonesia, dan Brasil cukup dominan digunakan di coffee roaster di Melbourne.

Sedikit bincang-bincang, mereka memang sangat konsen soal kualitas bean yang ada serta kemampuan roasting yang kuat dan tersertifkasi, karena dengan begitu konsumen akan dengan sendirinya menghargai brand dan produk yang mereka sajikan di coffee shop-nya serta tentu bisnis B2B yang bisa dijalankan dengan menjual hasil roasting ke coffee shop lain. B2B ini punya kekuatan mutual yang cukup bagus dari sisi branding karena coffee shop yang menggunakan bean dari Axil misalnya, dapat mem-branding kopi berkualitas, sementara untuk Axil tentu saja sales.

Apa poin yang bisa kita pelajari dari sini? Buat saya yang paling menonjol adalah soal kualitas bisa muncul dari idealisme. Bahwa kita sebagai pebisnis wajib memiliki idealisme untuk menyajikan produk terbaik ke konsumen. Karena itulah, saya memberikan yang terbaik di Warunk Upnormal, baik itu bean, mesin, dan harga. Kenapa? karena kita sangat idealis soal kopi sehingga tidak memiliki kompromi soal kualitas. Selain itu, kita selalu percaya bahwa dengan produk berkualitas maka konsumen akan memberikan penghargaan.

Industri

Ada pertanyaan yang menggelitik saya sebetulnya di Melbourne ini, kok banyak benar yang menamakan dirinya coffee roasters? Jika saya tidak salah mengartikan, artinya mereka mengelola biji kopi sendiri, seperti Warunk Upnormal. Kenapa saya sering sekali menyebut coffee roaster? Karena memang kita mengolah sendiri biji kopi mentah dengan menggunakan mesin roaster. Hal ini tentu tidak mudah untuk dilakukan oleh kebanyakan pemain kopi karena butuh modal cukup besar serta scalability distribusi harus cukup besar untuk bisa memperoleh keuntungan.

Di beberapa lokasi saya memang melihat mesin-mesin roaster dengan skala 5 kg sampai yang cukup masif besar. Artinya, dibuang ke mana ini hasil roaster-nya? Padahal, mereka hanya memiliki satu cabang saja di Melbourne? Beberapa hal yang saya amati ternyata hasil roasting yang cukup besar tersebut digunakan oleh brand-brand coffee shop lain, hotel, dan restoran baik di dalam negeri maupun luar negeri. Belum lagi ekspansi beberapa brand asal Melbourne dan Sydney dalam 1-2 tahun ke belakang ke luar Australia seperti ke Indonesia dengan brand ST ALi, Common Grounds, dan Toby's.

Apa poin penting di sini? Iya, idealisme dan kualitas harus didukung oleh industrialisasi sehingga terjadi economic break event dan growth dalam bisnis kita. Biarpun idealis, tapi soal bisnis adalah hal yang juga penting karena perusahaan tidak bisa hidup hanya dari idealisme. At the end, perusahaan bisa hidup karena barang keluar dan uang masuk.

Ketika memutuskan untuk membeli mesin roasting dan mendatangkan langsung bean dari beberapa daerah dengan grade kelas atas, namun satu hal yang kita bahas di manajemen Warunk Upnormal adalah: berapa lama ini bisa BEP? Berapa besar bisnis ini bisa kita kembangkan dalam 1-5 tahun? Bagaimana probabilitasnya untuk dibawa ke pasar global? Lalu pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa memvalidasi bahwa idealisme yang dibawa bisa dijadikan bisnis dan bukan sekedar keren-kerenan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: