Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Telur di Aceh Tembus Rp 45.000

Harga Telur di Aceh Tembus Rp 45.000 Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warta Ekonomi, Meulaboh -

Harga jual telur ayam buras di Pasar Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh masih bertahan tinggi setelah mengalami kenaikan dari harga Rp35.000 per kotak (isi 30 butir) menjadi Rp45.000 per kotak.

Pedagang Pasar Bina Usaha (PBU) Meulaboh, Ahmad Zulfikar di Meulaboh, Senin menjelaskan kenaikan harga terjadi secara berangsur hingga menyentuh harga Rp45 ribu per kotak dari harga sebelumnya Rp35 ribu per kotak.

"Terjadi kenaikan sudah sejak dua pekan lalu, tidak sekaligus naiknya, seperti dua hari lalu naik Rp2.000 per kotak, jadi naiknya tidak sekaligus. Begitu kita beli pada distributor harganya cenderung naik terus,"katanya.

Kenaikan harga telur ayam buras itu cukup terasa sejak seminggu terakhir, harga jual yang mencapai Rp45.000/kotak membuat para pedagang terpaksa membatasi pasokan telur dari distributor utama dari Provinsi Sumatera Utara (Sumut).

Dari beberapa toko grosir penjualan telur ayam terlihat stok yang tersedia tidak begitu banyak, lantaran konsumen juga tidak berani membeli banyak seperti hari biasa saat harga telur normal berkisar Rp35.000/kotak sampai Rp38.000/kotak.

Ahmad menuturkan, akibat kenaikan harga pihaknya juga mengurangi penyediaan stok karena harga pasaran yang terus naik, saat ini di toko usaha dagangan miliknya hanya memiliki stok 240 ikat besar atau setara 2.400 kotak dengan isi 30 butir/kotak.

"Ada juga pembeli kita yang protes harga terus naik, tapi kita sudah coba jelaskan kondisi harga saat ini, jadinya konsumen juga mengurangi daya beli karena lonjakan harga saat ini, kita juga tidak mengetahui apa sebab kenaikan harga,"imbuhnya.

Kenaikan harga telur tersebut, tambahnya, bukan hanya membuat pedagang mengurangi stok persediaan barang, tetapi para konsumen juga mengurangi pembeliannya, terutama masyarakat yang akan mengecer di kios - kios.

Selain itu, kata Ahmad, harga minyak goreng non kemasan (malinda) saat ini justru turun, meski pun tidak signifikan, pembeli tetap seperti biasanya, saat ini harga eceran Rp18.000 per bambu (2 liter), sementara biasanya Rp20.000 per bambu.

Selain itu, kondisi terbatasnya pasokan dan kendala di jalan membuat harga sayur mayur di lokasi Pasar Bina Usaha Meulaboh, juga mengalami kenaikan, salah satu faktor kenaikan harga sayur di daerah itu karena kendala pasokan dari sentra produksi.

Karman (30), seorang pedagang sayur mengatakan, kenaikan harga disebabkan musim kemarau panjang, sehingga produksi sayur lokal seperti dari Kabupaten Nagan Raya, mengalami kekeringan hingga gagal panen.

"Kalau dalam sehari biasanya laku sampai 60 ikat sayur baik jenis sayur bayam maupun jenis sawi. Saat ini pembeli menggurangi jumlah pembelian karena kenaikan harga, paling 40 ikat saja dalam sehari, terkadang tidak sampai,"keluhnya.

Saat ini, harga sayur lokal sejeni sawi, kacang panjang dan bayam naik menjadi Rp2.500 per ikat, sementara hari - hari biasanya harga sayur itu paling mahal Rp2 ribu per ikat, selain itu pedagang juga sulit mendapatkan pasokan sayur yang bagus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: