Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengembangan Energi Surya Berjalan Lambat

Pengembangan Energi Surya Berjalan Lambat Kredit Foto: Kementerian PUPR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, M. Arifin, mengungkapkan bahwa pemanfaatan energi surya di Indonesia masih sangat kecil dari total potensi sumber energi surya yang tersedia di Indonesia.

"Pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sebesar 0,05% dari potensi yang ada sehingga masih banyak tantangan yang harus diselesaikan bersama di dalam pengembangan energi surya. Salah satu tantangannya adalah biaya produksi PLTS yang masih tinggi," ungkap Arifin di Jakarta, Jumat (13/7/2018).

Selain itu, Arifin mengungkapkan tantangan lainnya dalam pengembangan pembangkit energi surya, di antaranya PLTS untuk sistem off grid memerlukan teknologi penyimpanan daya yang lebih andal, sedangkan untuk sistem on grid diperlukan backup pembangkit. Selanjutnya, PLTS tidak dapat ditransportasikan serta kurangnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penguasaan teknologi PLTS.

Meski demikian, lebih lanjut Arifin mengatakan pihaknya, khususnya melalui Ditjen EBTKE, telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi tantangan tersebut dengan membuat regulasi terkait pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik baik komersial maupun nonkomersial.

"Kami, khususnya Ditjen EBTKE, memfasilitasi terbentuknya gerakan nasional sejuta surya atap, pembentukan tim gabungan untuk mengatasi permasalahan pendanaan yang terdiri dari ditjen EBTKE, Kementerian keuangan, OJK, PLN, melakukan pertemuan dengan para pelaku bisnis energi surya untuk penyusunan peraturan tentang PLTS atap," jelas Arifin.

Upaya pemerintah tersebut juga mendapat dukungan dari berbagai pelaku yang bergerak di bidang pengembangan tenaga surya. Salah satunya Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Andhika Prastawa, yang mengatakan bahwa pihaknya dengan Ditjen EBTKE sedang mencanangkan satu juta atap hingga tahun 2025.

"Kalau dikonversikan itu sekitar 1.000 MW atau 1 GW. Ini suatu angka yang memang besar, tapi bukan suatu hal yang mustahil untuk dicapai karena jumlah pelanggan PLN di Pulau Jawa juga cukup besar dan kalau memang ada peraturan atau regulasi yang memungkinkan akan lebih mudah pelanggan PLN memasang fotovoltaik di atap bangunan masing-masing sehingga target untuk mencapai target 1.000 MW di tahun 2025 Insyaa Allah bisa dicapai," kata Andika.

Andika juga menambahkan bahwa hal ini tentunya tidak lain salah satunya untuk membantu pemerintah dalam mencapai target kebijakan energi nasional. Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah saat ini diharapkan target bauran energi penggunaan EBT sebesar 23% pada 2025 dapat direalisasikan.

Baca Juga: Anggaran Pilkada Serentak di Bali Capai Rp 456,9 Miliar Lebih

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: