Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Susu Kental Manis, Pakar: Pemerintah Harus Tingkatkan Gizi Literasi Masyarakat

Soal Susu Kental Manis, Pakar: Pemerintah Harus Tingkatkan Gizi Literasi Masyarakat Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Bandung -

Menyikapi kebingungan masyarakat terkait susu kental manis, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKGK FKM UI), Ahmad Syafiq menjelaskan bahwa

pemerintah harus terus meningkatkan upaya peningkatan literasi gizi masyarakat serta terus melakukan upaya menyusun kebijakan berbasis evidens. Di sisi lain, ia juga menyarankan agar masyarakat jangan mudah terprovokasi dengan isu yang beredar.

“Pemerintah diharapkan memberikan edukasi kepada masyarakat agar  tidak resah dan kebingungan dengan informasi yang beredar," katanya kepada wartawan di Bandung, Rabu (18/7/2018).

Selain itu, kata Syafiq masyarakat juga perlu bijak dalam menyikapi kehebohan, tidak panik  dan meningkatkan pengetahuannya mengenai gizi seimbang serta kebutuhan dan kecukupan gizi. 

"Kita harus mau mencari informasi dari ahli gizi yang kompeten,” ujarnya.

Dia menilai susu kental manis memiliki kadar protein yang relatif lebih tinggi dibanding jenis lainnya dalam kategori Susu Kental. Selain itu, dinilai mempunyai kualitas gizi yang hampir setara dengan susu lainnya. Sedangkan, membedakan antara susu kental manis dengan produk susu lainnya seperti cair mau pun bubuk hanya terletak pada  jumlah kandungan susu.

“Sama saja dari segi kualitas, meskipun secara jumlah kandungan susu berbeda. Perlu diingat bahwa semua jenis makanan saling melengkapi," tegasnya.

Syafiq mengungkapkan tidak ada makanan atau minuman tunggal yang mampu memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Siapa saja boleh mengonsumsi susu kental manis dalam jumlah tidak berlebihan. Namun susu kental manis tidak cocok untuk bayi.

Ia menegaskan bahwa gula dalam susu kental manis bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Pasalnya, dibutuhkan untuk mencegah kerusakan produk. Produk dipasteurisasi dan dikemas secara kedap (hermetis).

Dalam proses pembuatannya, air dari susu diuapkan ditambahkan gula yang juga berfungsi sebagai pengawet. Sehingga gula memang dibutuhkan dalam produk susu kental manis. 

"Perlu juga diperhatikan bahwa kebutuhan pertumbuhan anak perlu konsumsi protein hewani yang cukup. Sehingga diperlukan asupan protein dari sumber hewani,” ujarnya.

Seperti diketahui, kehadiran produk susu kental manis di Indonesia dapat dirunut sampai pada masa pra-kemerdekaan. Susu kental manis masuk ke Indonesia pada tahun 1873, yaitu melalui impor susu kental manis merek Milkmaid oleh Nestlé yang kemudian dikenal dengan nama Cap Nona dan selanjutnya pada tahun 1922 oleh De Cooperatve Condensfabriek Friesland yang sekarang dikenal dengan PT Frisian Flag Indonesia dengan produk Friesche Vlag. 

Pada akhir tahun 1967, Indonesia mulai memproduksi susu kental manis pertama kalinya melalui PT Australian Indonesian Milk atau atau yang saat ini dikenal dengan nama PT Indolakto, diikuti oleh PT Frisian Flag Indonesia pada tahun 1971 di pabriknya yang terletak di Pasar Rebo, Jakarta Timur, dan diikuti oleh PT Nestlé Indonesia pada tahun 1973 oleh pabriknya di Provinsi Jawa Timur. Setelah itu, industri susu kental manis terus berkembang hingga sekarang.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian melaporkan industri susu kental  terus tumbuh berkembang seiring dengan konsumsi produk susu kental manis yang terus naik. Saat ini, kapasitas produksi pabrik susu kental manis di dalam negeri mencapai 812 ribu ton per tahun. Adapun, nilai investasi di sektor usaha ini menembus angka Rp5,4 triliun dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.652 orang. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: