Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waskita Karya Akan Terus Melaju

Oleh: Adler Haymans Manurung, Guru Besar Pasar Modal dan Perbankan, Doktor of Research in Management - Bina Nusantara University

Waskita Karya Akan Terus Melaju Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang didirikan pada tahun 1961 di Jakarta telah berkembang dan menjalankan bisnis dalam bidang jasa konstruksi, precast, realty, jalan tol, dan energi. Perusahaan memiliki beberapa anak perusahaan untuk membantu mengoperasikan bisnisnya. Bahkan, anak perusahaan tersebut juga dianggap menguntungkan.

Perusahaan melakukan penawaran saham ke publik sebanyak 3.082.315.000 saham dengan harga Rp380 per saham di Desember 2012 dengan kode emiten WSKT. Penawaran saham di bulan Desember merupakan waktu yang tepat bagi saham-saham di Indonesia karena saham mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan pada bulan lainnya. Saham perusahaan mengalami peningkatkan pada hari pertama ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi Rp445 pada harga penutupan. Akibatnya, investor mengalami keuntungan sebesar 17,11% selama dua minggu atas pembelian saham ini. Terdaftarnya saham di BEI juga menunjukkan keterbukaan perusahaan dan membangun reputasi yang menarik untuk kepentingan pemegang saham dan pegawai perusahaan. 

Ada salah satu yang menarik dari perusahaan ini, mereka melakukan transparansi yang cukup bagus dengan mengungkapkan perkara hukum yang sedang dihadapi. Padahal, kebanyakan perusahaan tidak melakukan transparansi yang cukup terbuka walaupun sudah melakukan pendaftaran di bursa. Tindakan yang transparansi memberikan sebuah poin tersendiri karena reputasi perusahaan akan meningkat serta kepercayaan yang semakin besar. Keterbukaan secara sukarela (voluntary disclosure) sangat tinggi dimiliki perusahaan dengan adanya penyampaian perkara hukum yang sedang dihadapi.

Banyak pihak memperhatikan total aset perusahaan yang saat ini telah mencapai Rp98 triliun di akhir Desember 2017. Sebelumnya, di tahun 2012 total aset perusahaan hanya sebesar Rp8,4 triliun. Jumlahnya meningkat pada 2013 dan 2014 berturut-turut sebesar Rp8,8 triliun (5,04%) dan Rp12,54 triliun (42,71%). Pelonjakan aset melebihi 100% pun terjadi pada tahun 2015 dan 2016 yaitu bertumbuh 141,66% dan 102,69% sehingga total aset pada akhir 2016 menjadi sebesar Rp61,43 triliun. Peningkatan aset terus naik di tahun 2017 menjadi Rp97,9 triliun (59,35%). Artinya, pertumbuhan aset rata-rata sebesar 63,55% per tahun selama periode tersebut.

Peningkatan aset yang cukup besar tadi (2015) karena perusahaan mendapatkan sejumlah proyek besar dan membutuhkan dana. Tambahan modal setor didapatkan sebesar Rp5 triliun, juga pinjaman sebesar Rp5 triliun. Kedua suntikan dana ini lantas membuat total aset perusahaan mengalami lonjakan tajam. Kepercayaan para pihak yang ingin memberikan kontribusinya kepada perusahaan semakin besar sehingga berpotensi mendorong pihak lain untuk meningkatkan trust serta memberikan proyek untuk dikerjakan.

Ada dua hal yang perlu dipelajari terkait pendanaan perusahaan, yakni pendanaan spontan dan pendanaan tidak spontan (terbagi menjadi pinjaman dengan adanya pembayaran bunga dan pendanaan dengan meningkatnya nilai saham perusahaan). Kalau diperhatikan secara seksama, pendanaan secara spontan atau hutang yang tidak berbunga milik Waskita Karya cukup besar. Pinjaman perusahaan yang berbunga juga cukup besar dari Rp1,92 triliun meningkat menjadi Rp3,16 triliun pada tahun 2014. Meningkat lagi sebesar 83,84% menjadi Rp5,8 triliun pada tahun 2015 dan terus meningkat tajam 130,04% menjadi Rp13,4 triliun di tahun 2016. Terakhir, sangat tajam meningkat sebesar 231,12% menjadi Rp44,29 triliun pada tahun 2017. Atas peningkatan pinjaman ini, telah terjadi pertumbuhan pinjaman yang berbunga sebesar 87,34% per tahun selama periode 2012—2017. Ini menunjukkan bahwa reputasi perusahaan semakin dipercaya perbankan maupun obligasi.

Pada tahun 2017 lalu, perusahaan membuat sebuah terobosan baru dalam rangka pengembangan untuk dapat bertumbuh dengan matang. Divisi baru dibentuk, yaitu Divisi Umum, Sistem, dan Teknologi. Merujuk nama divisinya, tampak bahwa Waskita Karya ingin membuat aktivitas yang terintegrasi dengan sistem teknologi. Salah satu sistem yang dirancang adalah Enterprise Resource Planning Sumber Daya Manusia (ERP SDM). 

Kehadiran divisi ini akan membantu semua pihak dalam bekerja, terutama manajemen puncak perusahaan dalam melihat aktifitas harian perusahaan. Tindakan semacam itu sangat bagus. Ditambah lagi, manajemen juga sudah mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan pengelolaan risiko. Kesadaran akan pengelolaan risiko juga dirasakan oleh manajemen puncak sehingga mereka turut serta dalam pelatihan tersebut. Seperti diketahui bahwa pengelolaan risiko harus dimulai dari top manajemen lalu seluruh pegawai akan mengikutinya.

Selanjutnya terkait pendapatan, perusahaan yang membangun jalan tol dan sebagainya ini mempunyai pendapatan sebesar Rp8,8 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp9,7 triliun (meningkat 9,97%) pada 2013. Kemudian tahun 2014, angka ini meningkat sedikit menjadi Rp10,3 triliun, tetapi melonjak 37,58% menjadi Rp14,15 triliun pada 2015. 

Terus didapatnya proyek pemerintah yang cukup besar ikut mendongkrak pendapatan Waskita Karya di tahun 2016 sebesar Rp23,9 triliun. Berikutnya pada 2017, pertumbuhan ini mencapai prestasi yang bagus dengan mencatatkan persentase sebesar 90,06% sehingga pendapatan menjadi sebesar Rp45,21 triliun.

Berdasarkan angka-angka yang dikemukakan di atas maka perusahaan mempunyai perputaran total aset atau total asset turnover (TATO) cukup baik. Rasio ini menyatakan besaran aset yang dipersiapkan untuk mendapatkan satu rupiah pendapatan perusahaan.

Pada tahun 2012, perusahaan harus menyiapkan aset Rp1,05 untuk mendapatkan Rp1 penjualan perusahan. Rasio ini meningkat menjadi 1,1x pada tahun 2013 dan turun menjadi 0,82x pada tahun 2014. Berturut-turut turun lagi menjadi 0,4669x (2015) dan 0,3872x (2016). Namun, meningkat menjadi 0,4618x pada tahun 2017. 

Rasio di atas memperlihatkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menjalankan usahanya. Pasalnya, aset yang dipersiapkan untuk mendapatkan pendapatan setiap tahun semakin kecil. Pengelolaan yang semakin baik ini adalah dampak dari berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan.

Memang, tingkat pinjaman yang semakin besar membuat perusahaan harus semakin besar pula membayar bunga. Kapabilitas perusahaan juga perlu diperhatikan dalam persoalan ini. Rasio EBIT terhadap bunga menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang cukup besar. Rasio ini sebesar 0,75x pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 3,8x pada tahun 2013. Rasio ini terus mengalami fluktuasi, tetapi dengan pengelolaan perusahaan yang sangat baik, rasio ini bertahan sebesar 2,17x pada tahun 2017.

Laba bersih Waskita Karya juga terus mengalami peningkatan. Dari Rp254,4 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp366,63 miliar pada tahun 2013. Laba pun masih lanjut meningkat menjadi Rp4,18 triliun pada tahun 2017. Adapun pertumbuhan laba bersih perusahaan sebesar 75,01% per tahunnya selama periode 2012—2017. Akan tetapi, pertumbuhan pendapatan tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 130,85%, dari Rp1,8 triliun (2016) melaju jadi Rp4,1 triliun (2017).

Ke depannya, Waskita Karya diperkirakan akan memperoleh pendapatan sebesar Rp4,25 triliun pada tahun 2018 dan Rp4,95 triliun pada tahun 2019. Apabila harga saham ini diperdagangkan pada harga Rp2.100 maka PER-nya akan sebesar 7,27x (bila menggunakan EPS 2018) dan 6,24x (bila menggunakan EPS 2019). Kesimpulannya, harga saham ini cukup layak diinvestasikan bila targetnya sekitar Rp3.000 per saham. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: