Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Pengojek Grab Lawan Kanker Otak

Cerita Pengojek Grab Lawan Kanker Otak Kredit Foto: Grab Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Patah semangat tak pernah dirasakan sedikit pun oleh Gustika Afiandy, pengemudi Grab yang menderita kanker otak. Pria berusia 38 tahun tersebut mengidap kanker otak stadium 4 sejak awal tahun 2000.

"Sakit datangnya dari Tuhan dan Tuhanlah yang memiliki kehendak untuk menyembuhkannya. Oleh karena itu, yang bisa kita lakukan adalah tetap semangat dan yakin terhadap Tuhan kita," kenang Gustika saat mengingat pesan kedua orang tua dan sesama rekannya di Grab.

Menurut Gustika, kata-kata tersebutlah yang menjadi pegangan Gustika untuk tetap semangat dalam hidup. Berkat semangat positif dan keyakinannya, kanker otak yang dialami oleh Gustika saat ini telah mencapai tahap stadium 1.

Gustika bergabung dengan GrabBike pada 2016 ketika diajak oleh kakak kandungnya. Menariknya, satu keluarga Gustika pun juga tergabung sebagai mitra pengemudi Grab, termasuk kakak kandung dan kakak iparnya.

Pria kelahiran tahun 1980-an itu menuturkan bahwa hidup menjadi ojek online sangat keras, namun tetap indah. Dengan menggeluti profesi sebagai ojek online, Gustika mengaku memiliki kesan dan pesan tersendiri. Dimulai dari harus kerja di bawah cuaca panas terik atau hujan deras hingga di-cancel oleh penumpang ketika hampir sampai di lokasi penjemputan.

Ketika menjalani profesi ini, Gustika memegang prinsip bahwa dia memiliki tanggung jawab untuk mengantarkannya, membantu dengan tulus, dan rezeki pun akan jalan dengan sendirinya. Ia pun memiliki cita-cita untuk mempunyai rumah sendiri dan membawa orang tuanya naik haji.

Gustika memiliki prinsip hidup bahwa sebagai ojek online, ia harus peduli, baik terhadap penumpang, sesama mitra pengemudi, bahkan masyarakat.

Dengan semangat positif dan keyakinannya saat "nge-Grab", Gustika yakin bahwa Tuhan akan selalu melindungi dia ke mana pun ia melangkah, termasuk melindungi penumpangnya. Dengan semangat inilah, Gustika dapat menyisihkan Rp20.000 penghasilan tiap harinya dari "nge-Grab" untuk mengumpulkan biaya pengobatan selagi membiayai kebutuhan hidup keluarganya.

Tak hanya itu. Satu hal yang memotivasi Gustika saat menggeluti profesi ini adalah rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang tinggi. Gustika kerap terlibat dalam kegiatan komunitas Grab dan menjadi koordinator untuk membantu sesama pengemudi, penumpang, dan masyarakat.

"Jika ada teman-teman pengemudi yang sedang mengalami musibah, seperti kebakaran atau butuh darah, kita sering membantu. Saya ingat pesan dari dokter saya yang berasal dari Australia bahwa cara paling ampuh untuk menghilangkan penyakit, selain berobat dan berdoa, adalah dengan membantu sesama tanpa mengenal ras, suku, agama," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: