Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peran Pers dan Warganet untuk Tingkatkan Industri Kelapa Sawit Indonesia

Peran Pers dan Warganet untuk Tingkatkan Industri Kelapa Sawit Indonesia Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Surabaya -

Upaya untuk meningkatkan produksi minyak kelapa sawit Indonesia  oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) terus dilakukan seiring penurunan nilai ekspor minyak sawit termasuk biodiesel dan oleochemical di tahun kuartal 1 2018 alami penurunan sekitar 2% jika dibandingkan tahun sebelumnya diperiode yang sama. Di kuartal pertama di 2017 lalu ekspor minyak sawit mampu tembus 8,20 juta ton. Sementara tahun 2018 diperode yang sama hanya mencapai 7,84 juta ton saja.

Menurut Sekretaris Jenderal GAPKI, Kanya Lakshmi Sidarta, penurunan ini diakibatkan dengan penerapan perdagangan dan beberapa kebijakan yang diterapkan oleh beberapa negara dan campur tangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing terkait produksi minyak kelapa sawit tersebut.

“Contoh Uni Eropa yang mengeluarkan resolusi parlemen eropa yang menuding bahwa sawit penyebab deforestasi. Selain itu, beberapa (LSM) asing turut andil dalam produksi kelapa sawit ini. Berbagai cara mereka melakukan hal ini untuk menghambat produksi minyak kelapa sawit. Walaupun demikian, kami tetap optimis produksi minyak kelapa sawit akan meningkat yakni dengan, berbenah diri dan meningkatkan kinerja berbagai aspek,” tegas Lakshmi dalam Workshop Jurnalistik bertajuk “ Membangun Awareness dan Persepsi Positif Industri Kelapa Sawit di Kalangan Netizen ” di Surabaya, Kamis (19/7/2018).

Untuk itu, Lakshmi pihaknya, terus mengajak pemerintah lebih aktif berperan dalam meningkatkan produksi minyak kelapa sawit Indonesia serta peran media dalam menyajikan informasi yang akurat dan benar dalam peningkatan produksi minyak tersebut.

“Produksi minyak kelapa sawit ini mampu menyumbang devisa negara cukup besar di tahun sebelumnya seiring nilai ekspor minyak kelapa sawit kita mampu menembus diangka US$22,79 miliar di tahun 2017 lalu,” ungkapnya.

Sementara itu, Pemimpin redaksi Warta Ekonomi, Muhamad Ihsan menilai bahwa, peran media dalam menyajikan informasi masih dianggap minim data dalam menggali informasi yang sebanarnya terkait produksi kelapa sawit Indonesia. Hal itu kata Ihsan, para jurnalis sendiri masih kurang standarisasi dalam penyajian berita sehingga, masyarakat terpengaruh dengan penyajian informasi tersebut.

“Untuk itu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) telah menerapkan standarisasi seorang jurnalis. Kami mengakaui, saat ini bukan hanya media saja bisa memperngaruhi pada masyarakat seiring pertumbuhan cukup pesat yakni munculnya berbagai media sosial melalui jaringan internet,” kata Ihsan.

Munculnya berbagai medsos ini kata Ihsan, banyak dimanfaatkan oleh beberapa kelompok tertentu untuk suatu tujuan sehingga bisa mempengaruhi masyarakat dengan informasi tersebut. Ia mencontohkan terkait produksi kelapa sawit Indonesia dimana media banyak memberitakan negative dibandingkan positifnya.

“Sejak tahun 2013 hingga 2015 lalu banyak media memberitakan negatif terkait produksi kelapa sawit Indonesia. Akibatnya, produksi minyak kelapa sawit Indonesia alami penurunan. Hal itu dikarenaka ditumpangi oleh kelompok tertentu anti industri minyak kelapa sawit Indonsia dan harga anjlok,” ujarnya.

Ihsan berharap, ke depan peran pers dan masyarakat sendiri bisa membantu berbagai cara untuk meningkatkan produksi minyak kelapa sawit Indonesia. "Adanya Workshop Jurnalistik dan Nitizen sebagai upaya meningkatkan Awareness dan edukasi terait industri kelapa sawit. Selain itu, untuk memberi sarana untuk meperluas dan meningkatkan pengetahuan wartawan mengenai sawit dan kontribusinya." tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: