Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Tolak Anggapan Bunga Acuan Penyebab Lemahnya Rupiah

BI Tolak Anggapan Bunga Acuan Penyebab Lemahnya Rupiah Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia menampik bahwa dipertahankannya suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" sebesar 5,25 persen pada Kamis kemarin menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah Jumat ini.

"Coba dilihat apakah rupiah melemah sendiri atau tidak ? kalau seluruh dunia itu melemah melawan dollar AS ya mestinya itulah penyebabnya," kata Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto di Jakarta, Jumat.

Rupiah yang depresiatif Jumat ini, menurut dia, karena dinamika perkembangan ekonomi di Amerika Serikat. Presiden Trump, Kamis (19/1) melontarkan kritiknya kepada Bank Sentral AS karena kenaikan suku bunga bisa menghambat percepatan pemulihan ekonomi AS.

"Kalau dipicu domestik tidak ada masalah. Masalahnya adalah mister Trump yang membuat pernyataan berlawanan dengan Fed," ujar Erwin.

Jika melihat sejak awal pekan ini, arah perkembangan ekonomi AS menghentak pelaku pasar setidaknya dua kali. Gubernur The Fed Jerome Powell pada pidatonya awal pekan ini mengindikasikan konsistensi menaikkan suku bunga acuannya empat kali tahun ini. Hingga Juni 2018, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali ke 1,75-2 persen.

Berbarengan dengan itu, eskalasi perang dagang antara dua negara raksasa ekonomi AS dan China semakin meningkat dipicu perang pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat ekonomi senior pemerintah China Liu He.

Erwin mengatakan siasat Bank Sentral China untuk mendongkrak ekspornya juga turut melemahkan nilai rupiah.

"China itu melakukan, misalnya devaluasi menurunkan kursnya berkaitan dengan 'perang dagang' itu," ujar Erwin.

Namun, Erwin meminta masyarakat untuk melihat tren pelemahan mata uang ini secara lebih luas. Keperkasaan dolar AS bukan hanya memperlemah rupiah, tapi juga hampir seluruh mata uang negara berkembang. Bahkan mata uang negara-negara lain mendera pelemahan yang lebih dalam dibanding rupiah.

"Saat ini Amerika lagi berdaya adi kuasa. kalau sekarang kamu lihat rupiah melemah terhadap India tidak? tidak, malah kita menguat terhadap India," ujar dia.

Bank Sentral, kata Erwin, akan terus menjalankan dual intervensi untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah.

Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate yang diumumkan Bank Indonesia, Jumat ini, menunjukkan Rupiah diperdagangkan di Rp14.520 per dolar AS, melemah 102 poin dibanding acuan Kamis (19/7) yang sebesar Rp.14.418 per dolar AS.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: