Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Tertekan Dolar AS, Begini Harapan Pelaku Usaha Properti

Rupiah Tertekan Dolar AS, Begini Harapan Pelaku Usaha Properti Kredit Foto: Antara/Adeng Bustomi
Warta Ekonomi, Palembang -

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan, pada penutupan di perdagangan valas, Jumat akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus Rp14.500 per dolar. Hal tersebut mendapat tanggapan dari beberapa pelaku usaha Properti di Sumsel.

Menurut, Ketua DPD Asosiasi Pengembang Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi) Sumsel, Syamsu Rusman mengakui saat ini daya beli masyakarat mulai turun, harga matrial impor meningkat kecuali lokal.

“Agak memutar otak dengan kondisi nilai rupiah yang tidak menentu, karena harga matrial mulai merangkak naik, seperti keramik, rangka baja, cat dan lainnya,” ungkapnya, Senin (23/7/2018).

Meski demikian, untuk penjualan rumah sederhana (subsidi) masih stagnan daya belinya, hanya saja daya beli rumah komersil mulai menurun.

Sementara dengan suku bunga bank sendiri, ada kenaikan untuk pasar rumah komersil 1%-2% dan untuk rumah bersubsidi tetap Flat 5%.

Tentunya dengan kondisi tersebut, akunya berpengaruh sekali dengan profit. "Artinya margin pendapatan menjadi tergerus,” urainya.

Namun demikian, ujarnya hanya bisa ditutupi dengan bermain silang keuntungan, saat ini kondisi daya beli masyarakat terhadap rumah subsidi masih stabil belum berdampak dengan kondisi nilai tukar rupiah, karena suku bunga bank masih tetap.

“Kebetulan  stok unit yang dibangun dan dipasarkan saat ini sebelum adanya gejolak moneter sehingga belum begitu terasa dampaknya,” urainya lagi.

Dia berharap kondisi ini sifatnya sementara dan pemerintah harus serius untuk mengatasi kondisi rupiah yang tidak stabil ini. "Ya, kami berharap ekonomi akan stabil kembali,” paparnya.

Terpisah, Keshar Dewan Penasehat  Organisasi DPD Pengembang Indonesia (PI) Sumsel sekaligus Direktur Sriwijaya Griya Cemerlang Kesyar Saropi menambahkan, belum stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat mengkhawatirkan.

Apalagi jika tidak diatasi secara serius multiplier effect nya pasti sangat panjang. Terutama di bisnis proferti yang berhubungan dengan harga matrial. "Ujung-ujungnya nanti dengan dengan nilai tukar rupiah yang terasa, yakni dampaknya dengan harga matrial naik, sehingga ujung-ujung harga rumah naik," ungkapnya.   

Dia berharap agar pemerintah segera mengatasi masalah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tidak stabil saat ini, meski saat ini untuk rumah komersil harganya belum terasa naik. Namun dikhawatir bisa berdampak sangat besar terhadap dunia proferti ke depanya.

“Pengusaha saat ini jika memiliki dana lebih hanya menyetok matrial karena untuk mengantisipasi kenaikan matrial semakin tinggi, dan lahan bangunan  perumahan lebih kecil, hal itu salah satu strategi agar rumah tetap laku," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irwan Wahyudi
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: