Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Setelah Jatuh di Kuartal Kedua, Analis Pangkas Proyeksi Harga Emas

Setelah Jatuh di Kuartal Kedua, Analis Pangkas Proyeksi Harga Emas Kredit Foto: Reuters/Ilya Naymushin
Warta Ekonomi, Chicago -

Bank-bank dan broker-broker telah memangkas proyeksi rata-rata harga emas mereka untuk tahun ini dan tahun berikutnya menyusul kerugian besar di kuartal kedua.

Namun mereka memperkirakan logam mulia akan bangkit kembali ke 1.300 dolar AS per ounce, demikian menurut jajak pendapat Reuters pada Senin (23/7/2018).

Sebuah jajak pendapat dari 35 analis dan pedagang yang dilakukan bulan ini memperkirakan rata-rata harga emas 1.301 dolar AS per ounce pada 2018 dan 1.325 dolar AS pada 2019, dari prediksi masing-masing 1.334 dolar AS dan 1.352 dolar AS dalam jajak pendapat serupa tiga bulan lalu.

Revisi terjadi setelah emas jatuh dari 1.365,23 dolar AS pada April menjadi sekitar 1.220 dolar AS, di bawah tekanan dari penguatan dolar AS, ekspektasi suku bunga AS yang lebih tinggi, penurunan besar dalam emas yang dipegang oleh dana-dana yang diperdagangkan di bursa dan aksi jual oleh investor spekulatif.

Dolar AS yang lebih kuat membuat emas lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lainnya, sementara suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil.

Para responden jajak pendapat mengatakan penjualan itu berlebihan.

"Emas akan membuat posisi terbawah selama beberapa bulan mendatang," kata Julius Baer, analis Carsten Menke.

"Kenaikan jangka menengah ke jangka panjang akan terwujud setelah pertumbuhan dan kekhawatiran inflasi merambat ke pasar-pasar keuangan, sehingga menghidupkan kembali permintaan safe haven," katanya.

Emas secara tradisional digunakan sebagai investasi yang aman selama ketidakpastian politik dan ekonomi, tetapi ancaman perang perdagangan global dan perputaran di pasar saham dunia sejauh ini gagal mengangkat harga.

Harga rendah juga mulai memicu pembelian fisik di India dan Tiongkok, konsumen emas terbesar, membantu mendukung harga emas, kata analis GFMS, Rhona O`Connell.

"Kami memperkirakan emas akan rebound menuju 1.300 dolar AS, meskipun setidaknya, apakah itu memiliki pijakan untuk mendorong secara meyakinkan melewati level yang telah diragukan dalam jangka pendek." katanya, seperti dilansir Reuters.

Responden-responden juga menurunkan prospek harga perak mereka, memprediksi harga rata-rata 16,70 dolar AS per ounce tahun ini dan 17,52 dolar AS pada 2019, turun dari perkiraan dalam jajak pendapat sebelumnya sebesar 17,28 dolar AS untuk 2018 dan 18 dolar AS untuk 2019.

Perak, digunakan dalam elektronik serta untuk investasi, telah menukik dari 17,32 dolar AS pada pertengahan Juni menjadi sekitar 15,30 dolar AS per ounce, terperangkap dalam aksi jual yang lebih luas dari logam industri, yang didorong oleh kekhawatiran bahwa meningkatnya hambatan perdagangan akan merusak pertumbuhan ekonomi global.

Tetapi, perak kemungkinan akan rebound lebih cepat daripada emas, menurut jajak pendapat.

"Meskipun perak telah menderita bersama logam lain di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dan pengurangan subsidi, prospek fundamentalnya tetap relatif sehat," kata Suki Cooper dari Standard Chartered.

"Kami memperkirakan potensi kenaikan dari perak lebih besar daripada emas karena perak akan diuntungkan oleh permintaan industri yang stabil, mewakili dasar yang penting untuk harga pasar," kata Daniela Corsini dari Intesa Sanpaolo.

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: