Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dokumen Rahasia AS Terbongkar, Prabowo Disebut 'Otak' Penghilangan Aktivis 98

Dokumen Rahasia AS Terbongkar, Prabowo Disebut 'Otak' Penghilangan Aktivis 98 Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah dokumen rahasia Amerika Serikat mengungkap rentetan laporan pada masa prareformasi,  diantaranya masalah Prabowo Subianto yang disebut memerintahkan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat untuk menghilangkan sejumlah aktivis tahun 1998. Tidak hanya itu, juga disebut sebagai dalang perpecahan di tubuh TNI.

Seperti yang dirilis lembaga Arsip Keamanan Nasional (NSA), memperlihatkan sejumlah laporan sejak Agustus 1997 hingga Mei 1999. Dalam laporan itu terlihat percakapan antara Asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth, dengan Komandan Kopassus, Mayor Jenderal Prabowo Subianto saat itu.

Pada percakapan yang dikirim lewat telegram tertanggal 6 November 1997, keduanya membahas situasi Indonesia. Prabowo mengatakan mertuanya, Presiden Suharto, tidak pernah mendapat pelatihan di luar negeri dan pendidikan formalnya pun sedikit. Akan tetapi, sangat pintar dan punya daya ingat yang tajam. Meski demikian, mertuanya (Soeharto) tidak selalu bisa memahami persoalan dan tekanan dunia.

"Akan lebih baik jika Suharto mundur pada Maret 1998 dan negara ini bisa melalui proses transisi kekuasaan secara damai," ujar Prabowo dalam dokumen itu. Rabu (25/7/2018).

Kemudian pada arsip tanggal 7 Mei 1998, diungkapkan catatan staf Kedutaan Besar AS di Jakarta mengenai nasib para aktivis yang tiba-tiba menghilang. Catatan itu memuat bahwa para aktivis yang menghilang boleh jadi ditahan di fasilitas Kopassus di jalan lama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor.

Bahkan dari hasil percakapan seorang staf politik Kedutaan Besar AS di Jakarta dengan seorang pemimpin organisasi mahasiswa, memunculkan nama Prabowo Subianto. Narasumber tersebut mengaku mendapat informasi dari Kopassus bahwa penghilangan paksa dilakukan Grup 4 Kopassus. Informasi itu juga menyebutkan terjadi konflik di antara divisi Kopassus bahwa Grup 4 masih dikendalikan Prabowo.

"Penghilangan itu diperintahkan Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto," tulis dokumen itu.

Selanjutnya pada 8 Mei 1998, terjadi perpecahan di tubuh TNI mengenai cara menghadapi para demonstran. Wiranto yang saat itu menjabat Panglima TNI diperintahkan bersikap tegas terhadap para demonstran. Ia lalu memperingatkan para mahasiswa untuk tidak menggelar demonstrasi di jalan-jalan. Akan tetapi Susilo Bambang Yudhoyono, yang saat itu menjadi bawahan Wiranto, mengeluarkan argumen untuk mengumpulkan seluruh anggota MPR demi menentukan masa depan negara.

Dalam dokumen itu juga dituliskan, Prabowo berupaya mencegah demonstrasi semakin ganas di Jakarta. Namun terlibat perebutan kekuasaan dengan Wiranto.

"Prabowo terlibat perebutan kekuasaan dengan Wiranto," tulis arsip tersebut.

Atas penghilangan aktivis 98 itu, Prabowo beberapa kali menekankan jika dirinya tidak bersalah atas peristiwa1998. Ia hanya menjalankan perintah atasan saja.

 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: