Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sektor Alat Berat dan Pertambangan Topang Membaiknya Kinerja Astra Group

Sektor Alat Berat dan Pertambangan Topang Membaiknya Kinerja Astra Group Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 15% di semester pertama tahun ini. Pendapatan raksasa otomotif di Tanah Air ini mencapai Rp112,55 triliun di enam bulan pertama 2018. Padahal, di Juni 2017 pendapatan induk dari Astra Group ini hanya sebesar Rp98,03 triliun. 

Dengan begitu, keuntungan atau laba bersih yang dikantongi Perseron pada periode Januari hingga Juni 2018 pun mengalami kenaikan sebesar 11% menjadi Rp10,38 triliun dari Rp9,34 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. 

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto, mengatakan bahwa membaiknya kinerja Astra Group terutama disebabkan peningkatan kontribusi dari bisnis alat berat dan pertambangan serta jasa keuangan Grup.

"Jadi, kenaikan di sektor-sektor itu melebihi dari yang dapat diimbangi oleh pelemahan kontribusi dari kegiatan operasional agribisnis dan infrastruktur," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Memang, laba bersih Astra Group di sektor bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi, dalam kurun waktu enam bulan berhasil tumbuh sebesar 60% ke posisi Rp3,28 triliun dari Rp2,05 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. 

Laba bersih sektor bisnis teknologi informasi tumbuh 24% menjadi Rp68 miliar dari Rp55 miliar. Sektor bisnis jasa keuangan tumbuh tipis atau 5% dari Rp2,03 triliun menjadi Rp2,14 triliun. Sektor bisnis otomotif menghasilkan laba bersih Rp4,21 triliun yang tak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya Rp4,2 triliun. 

Sayangnya, laba bersih sektor bisnis infrastruktur dan logistik turun drastis mencapai sebesar 96% menjadi Rp4 miliar dari Rp110 miliar. Kemudian, laba bersih sektor bisnis properti juga melempem dengan terkoreksi 29% dari Rp68 miliar menjadi Rp48 miliar. Hal yang sama terjadi pada sektor bisnis yang hanya menghasilkan laba bersih Rp625 miliar turun 23% dari Rp815 miliar. 

Namun begitu, Perseroan tetap optimis pada tahun ini kinerja akan lebih baik dari tahun lalu yang akan didukung dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan harga batu bara yang stabil.

"Ya walaupun persaingan di pasar mobil dan melemahnya harga minyak kelapa sawit menjadi perhatian," pungkasnya. 

Sementara itu, nilai aset bersih per saham Grup tercatat sebesar Rp3.155 pada 30 Juni 2018, 3% lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya.

Utang bersih di luar Grup anak perusahaan jasa keuangan mencapai Rp6,6 triliun dibandingkan dengan nilai kas bersih sebesar Rp2,7 triliun pada 31 Desember 2017. Hal itu disebabkan investasi Grup pada bisnis jalan tol dan Go-Jek serta belanja modal pada bisnis kontraktor penambangan. Anak perusahaan Grup segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp47,9 triliun, dibandingkan dengan Rp46,1 triliun pada akhir 2017.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: