Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

20 Tahun Rumah Zakat, Lahirkan Superqurban untuk Energi Berkelanjutan

20 Tahun Rumah Zakat, Lahirkan Superqurban untuk Energi Berkelanjutan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tepatnya pada 2 Juli 1998, Rumah Zakat yang dulu dikenal dengan Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ) hadir untuk bersinergi dalam mengatasi masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Di usianya yang ke 20 tahun, Rumah Zakat telah menyalurkan amanah Zakat, Infak, Shadaqah (ZIS) para donatur kepada lebih dari 27 juta Penerima Layanan Manfaat (PLM) yang tediri dari 9.268.338 PLM di bidang kesehatan, 5.933.392 PLM di bidang pendidikan, 4.159.213 PLM di bidang ekonomi dan 8.049.985 PLM di bidang lingkungan yang tersebar dari Aceh hingga Papua. 

Adapun beragam program pemberdayaan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan tersebut diimplementasikan di 1.194 Desa Berdaya yang tersebar di 207 kabupaten kota. Saat ini, Rumah Zakat telah memiliki 8 Klinik Pratama, 51 Ambulance, 20 Mobil Klinik, 18 Sekolah Juara dan 2 Mobil Juara yang semuanya berasal dari dana Zakat, Infak dan Sedekah para donatur. 

CEO Rumah Zakat, Nur Efendi menjelaskan, Rumah Zakat juga konsen dalam bidang ketahanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat melalui optimalisasi program ibadah qurban.  Salah satu aspek yang kami perhatikan dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah pemenuhan gizi, terutama sumber protein bagi para penerima manfaat. Dengan gizi yang seimbang, masyarakat desa akan memiliki energi untuk lebih produktif, maju, dan berdaya. 

Menurut Nur, berdasarkan data OECD 2015, tingkat konsumsi daging di Indonesia saat ini masih rendah, yakni 11,6 kilogram per kapita per tahun. Sementara angka ideal konsumsi daging sebanyak 34,19 kilogram per kapita per tahun. 

"Kita berada jauh di bawah Vietnam, Malaysia, Thailand, untuk jumlah konsumsi daging ini. Jika hal ini tak dicarikan solusi, maka upaya pemberdayaan yang kita lakukan akan memiliki kedala yang cukup besar," ungkapnya.

Salah satu upaya yang dilakukan Rumah Zakat sejak tahun 2000 adalah melalui pengelolaan daging qurban menjadi kornet dan rendang, yang dikenal dengan Superqurban. Momen Idul Qurban dapat menjadi saat yang tepat bagi umat muslim untuk menyediakan sumber protein hewani, sehingga dapat dimanfaatkan lebih lama dan berkelanjutan. Melalui Superqurban, daging qurban dapat dioptimalkan menjadi cadangan makanan sebagai ikhtiar terwujudnya ketahanan pangan Indonesia dan dunia. 

"Inilah yang kami sebut sebagai Energi Berkelanjutan. Daging qurban kita akan disalurkan di Desa Berdaya yang ada di 30 provinsi di Indonesia serta di wilayah-wilayah rawan pangan, sebagai persediaan pangan sumber protein hewani bagi masyarakat," kata Nur.

Hingga kini, sebanyak 4,2 juta kaleng Superqurban didistribusikan di Indonesia dan mancanegara, dengan total penerima manfaat lebih dari 2 juta. Selain disalurkan di 34 Provinsi di Indonesia, program Qurban Rumah Zakat juga telah menjangkau Palestina, Filipina, Nepal, Myanmar, Bangladesh, Somalia, dan Syria. 

Nur Efendi juga menceritakan tetang program terbaru Superkurban saat membantu korban kelaparan. Untuk membantu korban tersebut, sebanyak 3000 kaleng kornet dan rendang Superqurban tengah dalam perjalanan untuk disalurkan kepada warga Suku Amuse Ane di Gunung Morkelle, Maluku Tengah yang mengalami kekurangan pangan.

Sebelumnya, menurut informasi BPBD Kabupaten Maluku Tengah, kelaparan yang terjadi diakibatkan oleh hama babi hutan dan tikus yang menyerang perkebunan milik warga. Akibatnya, saat ini warga Suku Mausu Ane mengalami krisis bahan pangan lokal.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: