Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apresiasi Rupiah Mungkin Terbatas

Apresiasi Rupiah Mungkin Terbatas Kredit Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rupiah menguat karena bangkitnya selera risiko dan depresiasi dolar AS. Mata uang Indonesia berpotensi terus menguat di jangka pendek apabila dolar semakin melemah.

Walau begitu, Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, menuturkan, karena ketegangan dagang masih membebani sentimen dan dolar didukung oleh ekspektasi kenaikan suku bunga, apresiasi rupiah mungkin terbatas. Penguatan rupiah tidak akan bertahan lama. Hal itu karena mulai hari ini hingga pekan depan akan ada banyak data ekonomi AS yang dirilis, termasuk data estimasi pertumbuhan ekonomi AS. 

"Para trader teknikal akan terus mengamati bagaimana USDIDR bereaksi di bawah Rp14.500. Penurunan berkelanjutan di bawah level ini dapat memicu penurunan lebih lanjut menuju Rp14.400,"  tutur Lukman dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (27/7/2018).

Penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tejadi kemarin. Pada Kamis (26/7/2018), nilai tukar mata uang Garuda di pasar spot berhasil ditutup menguat 0,08% ke level Rp14.463 per dolar AS. Begitu pula posisi rupiah di kurs tengah Bank Indonesia, yang tercatat menanjak 0,49% menjadi Rp14.443 per dolar AS.

Sementara itu, sentimen pasar sangat membaik setelah Presiden AS, Donald Trump, bersepakat dengan Uni Eropa untuk menghindari perang dagang trans-atlantik.

Amerika Serikat dan Eropa mencapai kesepakatan untuk bergerak bersama menuju “bebas tarif, hambatan, dan subsidi untuk barang industri non-otomotif" guna menghentikan ketegangan dagang yang semakin meningkat.

"Investor menerima hasil rapat ini dengan gembira, terlihat dari saham global yang menguat karena sentimen risiko membaik. Berita positif ini dapat memperkuat pasar saham di jangka pendek, namun ketegangan dagang yang berkelanjutan antara AS dan China dapat menjadi penghambat momentum naik saat ini," urai Lukman.

Dolar merosot ke level terendah dua pekan terhadap sejumlah mata uang utama setelah AS dan Uni Eropa menyepakati langkah untuk mengurangi ketegangan dagang.

Menurut Lukman, penurunan ini ditambah dengan data penjualan rumah baru Amerika Serikat yang mengecewakan sehingga menjadi alasan bagi para penjual untuk menyerang. Ada kecurigaan bahwa depresiasi dolar disebabkan oleh aksi ambil untung menjelang laporan PDB AS di hari Jumat yang sangat ditunggu-tunggu.

"Walaupun Dolar dapat semakin melemah di jangka pendek, spekulasi pasar mengenai kenaikan suku bunga AS tahun ini dapat membatasi penurunan. Dari aspek teknikal, Indeks Dolar berpotensi menyentuh 94.00 di jangka pendek," tandas Lukman.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: