Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Alasan OSO Ogah Percaya Lembaga Survei dalam Negeri

Ini Alasan OSO Ogah Percaya Lembaga Survei dalam Negeri Kredit Foto: Ferry Hidayat
Warta Ekonomi, Palembang -

Oesman Sapta Odang tidak percaya dengan hasil survei oleh lembaga-lembaga survei dalam negeri yang menempatkan partai ini tidak diperhitungkan dan menempati posisi rendah pada Pemilu 2019.

"Saya tidak percaya hasil survei (lembaga syrvei dalam negeri, Red)," katanya, dalam pembekalan bacaleg Partai Hanura Sumatera Selatan, di Palembang, Sabtu (28/7/2018).

Oesman Sapta Odang (OSO) secara terang-terangan menyatakan bahwa hasil survei mengenai peringkat partai politik yang diumumkan kepada publik ada yang membiayai. Survei itu dilakukan untuk tujuan menguntungkan partai tertentu. Karena itu, dia menolak hasil survei yang dilakukan dan telah diumumkan kepada publik. Survei itu tidak sesuai dengan semangat dan soliditas kader bersama pengurus Hanura di lapangan.

"Kalau melihat semangatnya seperti ini, saya perkirakan nomor tiga, malah bisa nomor satu," kata Wakil Ketua MPR itu pula.

Ketidakpercayaan OSO terhadap lembaga survei di dalam negeri bukan tanpa alasan. Hal itu didasari adanya survei yang dilakukan terhadap elektabilitas parpol peserta Pemilu 2019 oleh lembaga survei internasional.

Hasilnya, kata OSO, bertolak belakang dengan survei lembaga di dalam negeri. "Angkanya 4,7 persen (elektabilitas Hanura)," katanya.

OSO terkejut dan lebih percaya kepada lembaga survei internasional. Hasil survei lembaga internasional itu menempatkan peringkat Hanura di atas NasDem, PAN, PPP, dan PKB.

Hasil survei lembaga internasional yang memperkirakan suara Hanura sebesar 4,7 persen pada pemilu mendatang itu menempatkan partai ini pada peringkat keenam. OSO meyakini dan lebih percaya hasil lembaga survei internasional itu. "Lembaga internasional, nggak pake bayar-bayar. Siapa bisa mengarah-arahkan," katanya lagi.

Sosialisasi Dalam kunjungan kerja ke Palembang, OSO menyampaikan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bagi pemuda dan pemudi yang tergabung dalam Khusin Ryu M Karate Do Indonesia (KKI) di Gedung Trisila, Palembang, Sumsel, Sabtu siang.

Ratusan karateka menyambut kehadiran Oesman Sapta dengan satu kata, yakni "Os..!". Kata itu sebagai salam perjumpaan dan semangat korps KKI. Selain OSO, hadir pula sekaligus menjadi pemateri yakni Abdul Azis dan Bambang Sadono. Keduanya juga anggota DPD/MPR.

Di hadapan ratusan karateka, Ketua KKI Sumsel Abdul Azis mengemukakan, KKI selalu mananamkan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan. Nilai-nilai itu akan terus disosialisasikan kepada seluruh kader KKI. Oesman Sapta mngemukakan, anak-anak zaman "now" semakin berperan dan akan menjadi generasi penerus bangsa.

OSO yang kini menjadi Ketua Umum KKI adalah karateka sejak usia 16 tahun. Dia sudah menjadi karateka KKI selama 50 tahun. OSO mengaku dari keluarga miskin. "Waktu itu saya bukan apa-apa dan siapa-siapa," katanya.

Karena keluarganya miskin, Oesman Sapta menjalani masa kecil seolah tanpa mada depan. Dia menghabiskan waktunya menjadi pedagang rokok di Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat. Waktu itu, dagangannya banyak diutangi oleh para kuli angkut di pelabuhan. Yang terjadi kemudian adalah bukannya utang yang dibayar saat ditagih, tetapi dia malah ditempeleng (dipukul).

Sejak itu, dia berusia 15 tahun dan bertekad menguasai ilmu bela diri. KKI menjadi pilihannya dan menjadi awal kehidupan barunya dengan tidak lagi berdagang, tetapi naik kelas menjadi kuli angkut pelabuhan.

Pada usia 16 tahun telah menjadi kuli dan menekuni karateka. Saat itu Oesman Sapta bangga dan terharu karena untuk pertama kalinya bisa membelikan kain bagi ibunya. Mengenai relevansinya dengan Empat Pilar, Oesman Sapta mengakui karateka awalnya dari Jepang. Namun tak perlu ke Jepang untuk menjadi karateka.

Di KKI, penanaman dan pemahaman Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI demikian kuat sejak awal seseorang bergabung dengan KKI. "KKI menanamkan ideologi Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI serta mengibarkan Merah Putih," kata Ketua Umum KKI ini lagi.

Ketua DPD RI ini menegaskan bahwa nuansa nasionalisme demikian kental di KKI. Selama menjadi karateka, OSO bercita-cita membangun "dojo" (pusat latihan) terbesar di dunia. Cita-citanya telah terwujud dengan adanya "dojo" terbesar di dunia yang ada di Bekasi, Jawa Barat.

"Os... ", teriak ratusan karateka mendengar penjelasan keberhasilan KKI itu. (HYS/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: