Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jurus Summarecon Jaga Harga Properti dari Para Spekulan

Jurus Summarecon Jaga Harga Properti dari Para Spekulan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Summarecon Agung, Tbk menilai banyak investor atau spekulan yang masih mengambil keuntungan dalam proyek properti. Tingginya harga suatu properti bisa disebabkan karena para investor tersebut menggoreng harga properti untuk dijual kembali.

Namun hal tersebut dipastikan Summarecon Agung tidak akan terjadi dalam proyek properti garapannya. Direktur Utama Summarecon Agung, Adrianto P Adhi, mengatakan, untuk menjaga keseimbangan harga, pihaknya menerapkan aturan bahwa konsumen hanya boleh membeli properti atau rumah maksimal dua unit.

"Itu supaya tidak ada spekulan di situ, jadi dengan dua rumah tipis ya. Investor kaya kan bisa saja langsung membeli 5 atau 10 unit, enggak boleh gitu, kami sudah atur itu sejak 2009," ujar dia dalam seminar Warta Ekonomi bertajuk Dampak Relaksasi LTV bagi Sektor Properti dan Perbankan di Jakarta, Selasa (31/7/2018).

Meski demikian, dia tetap mempersilakan para investor membeli unit di proyek perumahan Summarecon Agung, namun tidak boleh menjadi spekulan untuk mengambil keuntungan.

"Investor itu memang kami beri kesempatan, tapi enggak bisa terlalu banyak. Cara mengaturnya gitu, misalnya beli ruko kalau dia mau jual lagi, nanti setelah jadi unitnya. Jadi kami mengatur supaya mengurangi kemungkinan spekulan bermain di tempat kami," paparnya.

Lebih jauh, Adrianto mengatakan, pihaknya mengatur hal tersebut agar kenaikan harga properti garapannya tidak overvalue. Summarecon Agung ingin harga yang ditetapkan naik secara alami, seiring dengan pembangunan fasilitas yang telah dilakukan, bukan karena spekulan-spekulan.

"Sebenarnya kami membuat pricing sangat wajar. Pada awal kami belum memiliki banyak fasilitas, harga sekian, terus setelah ada fasilitas, harganya naik. Itu yang membuat konsumen percaya dan tertarik karena kami konsisten membangun fasilitas. Itu yang membuat harganya naik secara relatif, bukan karena over perseption (spekulan)," jelas dia.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: