Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dua Faktor yang Pengaruhi Produktivitas Petani Sawit di Riau

Dua Faktor yang Pengaruhi Produktivitas Petani Sawit di Riau Kredit Foto: Antara/Rahmad
Warta Ekonomi, Pekanbaru -

Dikenal sebagai salah satu sentra penghasil komoditi kelapa sawit di Indonesia, bukan jaminan bagi Riau untuk unggul dalam produktivitas petani sawit.

Menurut, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) area Riau, Gulat Medali Emas Manurung, ada beberapa persoalan yang mendera petani sawit swadaya di provinsi ini.

Persoalan tersebut menurutnya muncul dari dua arah. Ia mengatakan dengan luas area lebih dari 2 juta hektar, penggarapan lahan sawit oleh petani rakyat umumnya terkendala oleh pengetahuan akan komoditi kelapa sawit itu sendiri.

"Pertama, soal pengetahuan. Banyak produktivitas petani sawit seret lantaran cara menggarap kebun. Misalkan untuk memaksimalkan luas area kebun, petani menanam kelapa sawit terlalu rapat, ini mengabaikan jarak tanam," jelasnya kepada Warta Ekonomi, di kantornya, Kamis (2/8/2018).

Lanjutnya, Persoalan jarak tanam (jarak tanam ideal jangan dibawah 8 x 9 m), hanyalah satu contoh, itu belum termasuk jenis bibit dan pupuk yang digunakan.

"Sawit itu kan bukan tanaman yang panennya setahun atau lima tahun setelah tanam. Artinya jika pada tahap penanaman salah, maka efeknya bisa bertahun-tahun. Nah sawit itu usianya paling lama 25 tahun. Jadi kalau ada 100 pohon, maka yang mungkin optimal panennya ada 60 pohon," tambahnya.

Problem berikutnya, lanjut Gulat rantai penjualan. Sebagai petani swadaya, hasil panen tak mudah menembus pabrik milik perusahaan. Hal itu disebabkan perusahaan lebih mengutamakan komoditi sawit dari petani-petani mitra (petani plasma).

"Sehingga menjualnya ke pengepul. Nah, pengepul tentu membeli dengan harga miring lantaran mengincar keuntungan. Itu sebabnya APKASINDO berupaya merampingkan rantai penjualan ini, agar petani swadaya langsung menjual ke pabrik," sambungnya.

Gulat pun berharap agar petani sawit di Riau merespon program replanting (peremajaan) yang digalakkan pemerintah pusat. Menurutnya itu dapat menjadi solusi untuk dalam mengembangkan kebun kelapa sawit tahap berikutnya.

Adapun Presiden Jokowi pada tahun 2018 mematok angka 25 ribu hektar untuk program replanting sawit di Riau. Program ini merupakan bantuan dana kepada petani swadaya sebesar Rp25 juta per hektar dengan maksimal lahan yang diberi bantuan 4 hektar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Satria Kurnia
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: